BREAKING NEWS :
Mode Gelap
Artikel teks besar

Kering, Sawah di Cilamaya 4 Bulan Belum Tanam, Kadistan : Sudah Lebih 1.500 Hektar Sawah Kekeringan !

Entah karena terhambat proyek Balai Besar Waduk dan Sungai (BBWs) dari sejumlah Hulu sungai dan irigasi, atau memang suplay air yang sedang seret dan lama masuk ke area lahan pertanian.

Sejumlah lahan sawah di Kecamatan Cilamaya Wetan dan Cilamaya Kulon terdampak kekeringan hingga berbulan-bulan belum di mulai pengolahan lahan dan tanam. Bahkan, kondisi kekeringan juga melanda sejumlah lahan pesawahan di Kecamatan Pakisjaya dan Tempuran.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang mencatatkan lebih dari 1.500 lahan sawah di Karawang, alami kekeringan hingga pertengahan Agustus. 
Foto : Kondisi Sawah Kering 4 Bulan tak di Olah di Des Muarabaru Kecamatan Cilamaya Wetan, Wilayah ini sudah 600 hektar lebih di Landa kekeringan

Petani Muarabaru Kecamatan Cilamaya Wetan Asifatoni mengatakan, 689 hektar sawah di Muara Baru 4 bulan belum di tanami, bahkan pengolahan sawah dengan traktor juga urung di mulai. Pasalnya, tidak ada suplay air yang masuk dari sejumlah irigasi tersier dan sekunder ke wilayah desa paling hilir di Karawang tersebut. Dirinya juga menyanyangkan, selain suplay air yang mungkin berkurang karena dampak kemarau panjang, ada dugaan proyek BBWs di wilayah hulu irigasi seperti Banyusari dan lainnya yang tidak memperhatikan keberadaan petani, sehingga suplai air semakin seret masuk ke area pesawahan. Dirinya berharap, pemerintah melalui Dinas Pertanian dan PJT untuk saling berkoordinasi agar segera air untuk area pertanian sawah bisa dialirkan agar petani bisa mulai menggarap dan membuka harapan untuk hidup lagi paska paceklik panjang ini.

"Ada 689 hektar belum di tanami, bahkan di olah traktor juga belum, karena kondisinya memang benar-benar kering, " Katanya, Senin (21/8/2023).

Kades Rawagempol Wetan, H Udin Abdul Gani mengatakan, masa panen kemarin berlangsung sejak Mei dan sampai jelang akhir Agustus ini petani belum mengolah lahan. Artinya, sudah 3,5 bulanan tidak di sentuh karena memang kekurangan air yang masuk lahan sawah dari saluran LMB maupun SS Kalong. Sebelumnya, memang pernah musyawarah dan minta waktu bersama UPTD Pertanian dan PJT, ternyata sampai sekarang air tak kunjung datang ke lahan sawah warga. Bahkan, pihak PJT beralasan bahwa suplay air tak ada masalah dan cukup, kemarin-kemarin juga air mah tidak jadi masalah, karena cukup, hanya yang jadi persoalan sebut Udin, adalah adanya proyek BBWs di LMB atau di SS Kalong yang ikut membuat seret air masuk.
Foto : Kondisi Sawah Kering 4 Bulan tak di Olah di Des Muarabaru Kecamatan Cilamaya Wetan, Wilayah ini sudah 600 hektar lebih di Landa kekeringan
 

"Ya emang airnya belum penuh masuk, sudah 3,5 bulanan gak di olah gak di tanam. Konon kata PJT mah air cukup, dan memang saat di cek air mah gede, tapi terhambat proyek BBws, sampai sekarang belum solusi. Artinya, beberapa wilayah justru sudah semusim gak di tanami, jelas berdampak sih ke permodalan mah, "Ungkapnya.

Meskipun demikian, sambung Udin, sejumlah Gapoktan di desanya, masih sabar menunggu karena cukup faham dengan proyek BBWs ini, yang terpenting tuntas saja dulu sesegera mungkin, betapapun ekonomi terdampak signifikan jika lama tak kunjung di garap. 

"Saya mah apresiasi malah ke PJT, kalau air mah fluktuatif, kadang gede kadang kecil. Yang terpenting koordinasi saja, Alhamdulillah ngalir air mah, cuma memang belum semua sawah terairi, " Katanya.

Kades Pasirjaya Kecamatan Cilamaya Kulon, Wakzie Saglak mengatakan, di Desa Pasirjaya, ada sekitar 100 hektar sawah belum di olah traktor, karena memang belum juga masuk air hingga berbulan-bulan. Mayoritas, sawah di Pasirjaya, mengandalkan pengairan dari pintu air Peundeuy Pulojaya Kecamatan Lemahabang. 

"Kami berharap, ada solusi segera soal air bagi lahan pertanian warga pesisir. Sudah sebulanan kekeringan semakin nampak, sehingga ini akan semakin lama tidak di tanami, begitu juga dampak ekonominya jika tidak cepat terantisipasi, " Ujarnya. 

Kades Bayurkidul, H Darsono mengatakan, 30 persen lahan pertanian di Desanya kurang air dan kering. Namun sedikit demi sedikit masih bisa terantisipasi. Kalau di wilayahnya yang masuk golongan air II dan III, sebulan terakhir ini belum ditanami karena masih kering. 

"Ada 30 persen mah belum di tanami, " Ujarnya.

Anggota Komisi II DPRD Karawang Rizka Restu Amalia mendesak Dinas Pertanian respon cepat ancaman kekeringan yang mulai terdampak dan di rasakan masyarakat tani dua bulan terakhir. Bersama Perum Jasa Tirta (PJT) bahkan BBWs, seharusnya semua stakeholder ini bisa berembuk bersama bahas kecukupan air hingga wilayah hilir Karawang agar diantisipasi, meskipun dengan mekanisme intermiten, sehingga setidaknya petani sudah siap-siap untuk pengolahan lahan. Karena, jika masa tanam semakin lama di biarkan tak produktif, maka masa paceklik dan ekonomi petani semakin lesu, utamanya permodalannya. 

"Kita dorong Dinas Pertanian bersama PJT dan BBWs bahas bersama, agar semua mampu antisipasi dampak El Nino dan kekeringan ini, kan sebelumnya sudah di peringatkan pemerintah pusat, seharusnya kecukupan air bisa terantisipasi jangan sampai masa kering berbulan-bulan terlambat seperti sekarang ini, " Pintanya.

Asep Hazar, Kepala Dinas Pertanian Karawang saat di konfirmasi mengatakan, saat ini sudah lebih dari 1.500 hektar sawah kering di Karawang, memang wilayah yang banyak terdampak. Tadi malam, ada infor dari Pakis mulai chel lagi, karena suplay air sudah berkurang. 

"Hari ini Kabid lagi rapat sama provinsi bahas ini, " Pungkasnya. (Rd)
Posting Komentar