Trump Kendurkan Tarif, Smartphone dan Laptop Tak Kena Bea 125%
Pemerintahan Donald Trump secara mengejutkan mengumumkan pengecualian tarif tinggi terhadap sejumlah produk teknologi impor dari China, termasuk smartphone dan laptop. Kebijakan ini dinilai sebagai sinyal awal meredanya perang dagang antara Washington dan Beijing yang selama ini memanas.
Dalam pemberitahuan resmi yang dirilis oleh Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (US Customs and Border Protection) pada Jumat waktu setempat, disebutkan bahwa 20 kategori produk akan dibebaskan dari tarif “resiprokal” yang sebelumnya direncanakan. Salah satu kategori paling luas adalah kode 8471, yang mencakup semua komputer, laptop, hard drive, hingga perangkat pemrosesan data otomatis.
Tak hanya itu, pengecualian juga berlaku untuk komponen penting seperti chip memori, panel datar, perangkat semikonduktor, dan peralatan manufaktur chip. Langkah ini langsung disambut positif oleh raksasa teknologi AS seperti Apple, yang selama ini sangat bergantung pada lini produksi di China.
Meski Gedung Putih belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kebijakan ini, analis menilai langkah tersebut mencerminkan kekhawatiran pemerintah terhadap dampak ekonomi yang dirasakan langsung oleh konsumen Amerika.
“Ini adalah kabar terbaik bagi investor teknologi,” ujar Daniel Ives, analis senior dari Wedbush Securities, dalam catatan yang dikutip kantor berita AFP. “Pengecualian ini menghilangkan awan gelap besar yang selama ini menggantung di sektor teknologi. Tanpa kebijakan ini, industri teknologi AS bisa tertinggal satu dekade dan revolusi AI bisa terhambat secara signifikan.”
Langkah AS ini datang sehari sebelum China memberlakukan tarif balasan sebesar 125 persen terhadap produk-produk AS, menunjukkan sikap keras Beijing terhadap rival dagang utamanya.
Sebelumnya, pemerintahan Trump sempat mengumumkan penangguhan tarif selama 90 hari untuk sebagian besar negara, menggantinya dengan tarif flat 10 persen. Namun, China tetap dikecualikan dari skema baru tersebut, memperlihatkan bahwa ketegangan belum sepenuhnya mereda.(*)