Senin, 12 Mei 2025
Cuaca 0oC
BREAKING NEWS

Putin Umumkan Gencatan Senjata 72 Jam di Ukraina:,Damai atau Hanya Bohongan ?

Di Tengah Upaya Perdamaian Amerika, Rusia Tawarkan Gencatan Senjata Sementara untuk Memperingati Hari Kemenangan, Sementara Ukraina Mendesak Hentikan Perang Secara Total dan Permanen.
Putin Umumkan Gencatan Senjata 72 Jam di Ukraina:,Damai atau Sekadar Kamuflase?

Rusia : Presiden Rusia Vladimir Putin secara mengejutkan mengumumkan gencatan senjata sepihak selama 72 jam di Ukraina, yang akan dimulai pekan depan untuk memperingati Hari Kemenangan atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Langkah ini datang di tengah tekanan kuat dari Amerika Serikat yang mendorong tercapainya kesepakatan damai guna mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.

Kremlin menyatakan bahwa gencatan senjata ini diberlakukan atas dasar "kemanusiaan," dimulai pada 8 Mei pukul 00.00 waktu Moskow (21.00 GMT, 5 sore EDT pada 7 Mei) dan berakhir pada 10 Mei di waktu yang sama. Hari Kemenangan merupakan salah satu perayaan sekuler terbesar di Rusia, memperingati kekalahan Nazi pada tahun 1945.

Namun, Ukraina menanggapi skeptis. Pemerintah Kyiv, yang sebelumnya menerima usulan Presiden AS Donald Trump untuk gencatan senjata penuh selama 30 hari, menilai langkah Rusia ini hanya sebagai "hiasan etalase" belaka.

“Jika Rusia sungguh-sungguh menginginkan perdamaian, hentikan perang sekarang, tanpa menunggu 8 Mei,” tegas Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha. Ia menambahkan bahwa Ukraina siap untuk gencatan senjata yang "bertahan, dapat diandalkan, dan menyeluruh" setidaknya selama 30 hari penuh.

Kremlin menyerukan Ukraina untuk mengikuti langkah Rusia, namun dengan peringatan keras bahwa "setiap pelanggaran dari pihak Ukraina akan dibalas dengan respons militer yang tegas."

Ini bukan kali pertama upaya gencatan senjata diumumkan. Sebelumnya, Rusia sempat mengumumkan gencatan senjata selama Paskah selama 30 jam, namun pertempuran tetap berlanjut, dengan kedua pihak saling menuduh melanggar kesepakatan. Upaya untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi juga pernah disepakati, namun juga berakhir dengan saling tuduh pelanggaran besar-besaran.

Sementara itu, ketegangan di lapangan terus membara. Senin pagi, Rusia meluncurkan serangan drone besar-besaran ke Ukraina, merusak fasilitas infrastruktur di Cherkasy dan mengganggu pasokan gas untuk warga kota. Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah menembak jatuh 119 drone Ukraina, sebagian besar di wilayah perbatasan Bryansk.

Meskipun ada pengumuman gencatan senjata, jalan menuju perdamaian masih penuh keraguan. Presiden Trump sendiri mengungkapkan bahwa ia masih meragukan ketulusan Putin dalam mencari solusi damai, mengingat serangan Rusia terhadap wilayah sipil Ukraina terus berlanjut. Namun, Trump juga menyatakan bahwa upaya negosiasi sudah berada pada tahap "dekat mencapai kesepakatan."

Pemerintah AS kini dihadapkan pada keputusan krusial. Menteri Luar Negeri Marco Rubio menyebut minggu ini sebagai "sangat kritis" untuk menentukan apakah AS akan terus terlibat dalam upaya mengakhiri konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II ini. Dukungan militer dari AS menjadi vital untuk Ukraina, dan masa depan bantuan ini bisa terancam jika Washington memutuskan mundur.

Di tengah ketidakpastian, Ukraina tetap menegaskan tidak akan menyerahkan wilayahnya kepada Rusia demi mencapai perdamaian. Di sisi lain, negosiasi tentang akses ke kekayaan mineral strategis Ukraina bersama AS menunjukkan kemajuan, dengan kesepakatan bahwa bantuan yang telah diberikan tidak akan diperhitungkan dalam perjanjian tersebut.

Konflik ini juga menunjukkan dimensi internasional yang semakin kompleks. Putin pada hari Senin berterima kasih kepada Korea Utara yang disebut AS telah mengirim ribuan pasukan ke medan perang Ukraina, serta Iran dan China yang dituduh turut mendukung Rusia dengan pasokan drone dan peralatan militer.

Sementara itu, diplomasi terus berjalan. Menlu Rusia Sergey Lavrov dan Menlu AS Marco Rubio mengadakan pembicaraan telepon membahas "prasyarat awal" untuk membuka jalur negosiasi. Prancis juga menyatakan bahwa Trump, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron sepakat untuk terus mendorong tercapainya gencatan senjata "yang kuat dan sah."

Di tengah semua perkembangan ini, satu hal tetap jelas: Perdamaian sejati di Ukraina masih jauh dari kata pasti. Pertanyaannya kini, apakah 72 jam cukup untuk menyalakan harapan baru, atau justru memperpanjang ketidakpastian yang sudah terlalu lama membebani dunia? (*)


Hide Ads Show Ads