Prasetyo Hadi : Evakuasi Warga Gaza Butuh Persetujuan Banyak Pihak
Rencana Evakuasi 1.000 Warga Palestina dari Gaza Jadi Misi Kemanusiaan Terbesar Indonesia, Tapi Jalan Menuju Realisasi Tak Semudah yang Dibayangkan
Indonesia kembali menunjukkan komitmennya terhadap isu kemanusiaan global, kali ini dengan menyampaikan kesiapan untuk mengevakuasi dan menampung sementara warga Palestina yang terdampak konflik di Gaza. Namun di balik pernyataan yang terdengar sederhana itu, tersimpan tantangan besar yang menanti di lapangan.
Menteri Sekretaris Negara sekaligus Juru Bicara Presiden, Prasetyo Hadi, menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia, melalui inisiatif Presiden Prabowo Subianto, telah menawarkan rencana kemanusiaan kepada sejumlah negara mitra, termasuk pemimpin Palestina. Namun, ia menegaskan bahwa pelaksanaannya tidak bisa serta-merta dilakukan tanpa koordinasi lintas negara.
“Tawaran itu sudah disampaikan dan perlu adanya kesepakatan dari berbagai pihak. Tapi secara teknis, tentu tidak semudah itu. Kami terus memberikan perhatian serius terhadap saudara-saudara kita di Gaza,” ujar Prasetyo saat ditemui di Wisma Negara, Senin (21/4).
Rencana evakuasi ini bukan sekadar retorika diplomatik. Presiden Prabowo telah menyampaikan secara langsung tawaran Indonesia kepada lima negara Timur Tengah dalam lawatannya pada 9–14 April 2025, yakni Uni Emirat Arab, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania. Menurut Prasetyo, secara prinsip, negara-negara tersebut menyambut baik niatan Indonesia, namun tetap menekankan bahwa pelaksanaan teknisnya memerlukan waktu dan persiapan matang.
Presiden Prabowo sendiri, dalam pernyataannya di Lanud Halim Perdanakusuma sebelum keberangkatan ke Abu Dhabi, menyebut bahwa Indonesia siap menampung 1.000 warga Gaza pada tahap awal, dengan prioritas pada mereka yang terluka, mengalami trauma berat, serta anak-anak yatim piatu. Namun, ia juga menekankan bahwa evakuasi ini bersifat sementara dan wajib memenuhi syarat-syarat diplomatik serta logistik.
“Ini hanya akan berjalan jika mendapat persetujuan dari semua pihak terkait. Mereka akan berada di sini sementara, hingga pulih dan kondisi Gaza memungkinkan untuk mereka kembali,” ujar Presiden Prabowo.
Sikap hati-hati ini, menurut Prasetyo, mencerminkan semangat kemanusiaan yang dikawal dengan prinsip kehati-hatian diplomatik. “Jika ada negara yang belum sepakat, tidak apa-apa. Yang penting semangatnya adalah membantu. Presiden tidak gegabah dalam menindaklanjuti rencana ini,” imbuhnya.
Dalam pernyataan terbaru dari Amman, Yordania — titik akhir dari rangkaian lawatannya — Presiden Prabowo mengisyaratkan akan ada “terobosan” besar dalam waktu dekat menyangkut kepentingan rakyat Gaza, hasil dari berbagai konsultasi diplomatik yang ia lakukan.
“Alhamdulillah, kita dapat gambaran yang cukup jernih. Semoga akan ada kabar baik segera,” tuturnya.
Jika rencana ini berjalan, Indonesia akan mencatat sejarah sebagai negara Asia pertama yang secara langsung mengevakuasi korban konflik Gaza dalam skala besar. Namun, misi kemanusiaan ini menuntut lebih dari sekadar niat baik: koordinasi internasional, dukungan logistik, dan yang terpenting, lampu hijau dari berbagai pihak, termasuk Pemerintah Palestina sendiri.(*)