Rabu, 14 Mei 2025
Cuaca 0oC
BREAKING NEWS

Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Anak, Picu Risiko Stunting

Perubahan iklim kini menjadi ancaman nyata bagi kesehatan anak-anak di Indonesia. Tak hanya berdampak pada lingkungan dan infrastruktur, fenomena ini juga membawa konsekuensi serius terhadap tumbuh kembang anak.
Foto ilustrasi

Dokter Spesialis Anak, dr. Dayu Purnama, mengungkapkan bahwa perubahan iklim dapat menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya angka stunting. Menurutnya, berbagai kondisi ekstrem akibat perubahan iklim turut memengaruhi status gizi anak.

“Perubahan iklim juga mempengaruhi tumbuh kembang anak dan bisa menjadi salah satu penyebab stunting,” ujar dr. Dayu, Minggu (20/4/2025). Ia menegaskan pentingnya perhatian khusus terhadap kondisi iklim dalam konteks kesehatan anak.

Suhu ekstrem seperti gelombang panas (heatwave), lanjut Dayu, dapat menyebabkan heatstroke pada anak-anak. Kondisi ini kerap menurunkan nafsu makan anak, sehingga berdampak langsung pada kecukupan asupan gizi yang penting selama masa pertumbuhan.

“Misalnya heatstroke bisa mengurangi nafsu makan pada anak,” ujarnya. Jika dibiarkan tanpa penanganan, hal tersebut berisiko menyebabkan kekurangan nutrisi dalam jangka panjang.

Bencana alam yang diperburuk oleh iklim ekstrem seperti banjir juga memperburuk kesehatan anak. Dalam situasi tersebut, akses air bersih sering kali terbatas, meningkatkan risiko penyakit seperti diare yang berkontribusi pada penurunan status gizi.

“Jika terjadi bencana alam seperti banjir, air bersih sulit dan bisa memicu diare pada anak,” jelas Dayu. Ia menyoroti pentingnya intervensi cepat untuk mencegah kondisi gizi anak memburuk saat terjadi bencana.

Perubahan iklim juga memengaruhi ketahanan pangan nasional. Musim yang tidak menentu dapat menyebabkan gagal panen, yang pada akhirnya berdampak pada ketersediaan pangan bergizi di masyarakat, termasuk bagi anak-anak.

“Musim yang tidak menentu yang mengakibatkan gagal panen bisa pengaruh pada produksi pangan,” katanya. Hal ini mengancam akses masyarakat terhadap makanan sehat dan berkualitas.

Dalam situasi darurat seperti di kamp pengungsian, dr. Dayu menekankan pentingnya memastikan ketersediaan makanan tinggi protein untuk anak-anak. Menu sederhana seperti telur dapat menjadi sumber gizi utama yang mudah disediakan.

“Jika memang terjadi saat di camp pengungsian, menu protein seperti yang paling mudah seperti telur, harus tersedia bagi anak,” ujarnya. Ia juga mengingatkan bahwa respons terhadap perubahan iklim harus memasukkan aspek pemenuhan gizi anak secara komprehensif.(*)


Hide Ads Show Ads