Penutupan Perdagangan, IHSG Naik Tipis 0,12 Persen
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau dalam perdagangan hari ini. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG naik tipis 0,12 persen atau 7,7 poin ke level 6.445, 97.
Sepanjang hari ini IHSG bergerak dinamis, sempat menyentuh level terendah di 6.406. Sebanyak 309 saham harganya turun, 306 saham harganya naik, dan 344 saham stagnan.
Tim Analis Phillip Sekuritas Indonesia mencatat tiga sektor yang kenaikan sahamnya menopang penguatan IHSG hari ini. Yakni saham sektor teknologi, saham sektor bahan baku dan saham sektor industrial.
Volume saham yang diperdagangkan sebanyak 14,3 miliar lembar saham, dengan frekuensi perdagangan 981.200 kali transaksi. Total nilai perdagangan Rp8,42 triliun dan kapitalisasi pasar menjadi Rp11.141 triliun.
Sementara di kawasan Asia, bursa saham bergerak bervariatif didorong keputusan tak terduga bank sentral Tiongkok. People’s Bank of China (PBOC) mempertahankan suku bunga Loan Prime Rate bertenor 1 tahun sebesar 3,1 persen.
Sedangkan tingkat bunga Loan Prime Rate tenor 5 tahun ditahan di level 3,6 persen. “PBOC menahan suku bunga saat nilai tukar yuan berada di bawah tekanan akibat perang tarif dengan AS,” kata Tim Phillip Sekuritas.
Tiongkok juga memperingatkan negara-negara di dunia agar tidak membuat perjanjian perdagangan dengan AS yang akan merugikan Tiongkok. Peringatan Tiongkok ini membuat ekonomi di seluruh dunia berisiko terjebak dalam ketegangan antara kedua negara adidaya tersebut.
Pada saat yang sama kepercayaan investor terguncang oleh ulah Presiden Trump yang berencana memecat Ketua The Fed Jerome Powell. Akibatnya mata uang dolar AS tertekan dan harga emas di pasar dunia kembali melambung ke level tertinggi.
“Trump, merasa frustrasi karena The Fed belum bergerak untuk menurunkan suku bunga. Ia memposting di media sosialnya minggu lalu bahwa pemecatan Powell seharusnya dapat dilakukan dengan lebih cepat,” ujar Tim Phillip Sekuritas.
Menurut Tim Phillip Sekuritas, menegur dan mengkritisi The Fed secara terbuka merusak prinsip independensi bank sentral. Tetapi juga berisiko mempolitisasi kebijakan moneter AS dengan cara yang sangat meresahkan pasar.(*)