Konklaf Pemilihan Paus 7 Mei: Siapa yang Akan Terpilih?
Vatikan : Ketegangan Meningkat di Vatikan! Para Kardinal Beradu Visi, Perebutan Tahta Suci Berpotensi Membelah Gereja
Sebuah babak penting dalam sejarah Gereja Katolik dunia segera dimulai. Para kardinal dari berbagai penjuru dunia telah sepakat menetapkan tanggal 7 Mei sebagai hari pembukaan konklaf untuk memilih pengganti Paus Fransiskus, setelah menggelar pertemuan informal pasca pemakaman sang Paus yang berlangsung pada Sabtu (26/4) Lalu.
Keputusan ini memberikan waktu tambahan dua hari dari jadwal awal, dengan tujuan agar para kardinal dapat lebih mengenal satu sama lain sebelum memasuki ruang tertutup di Kapel Sistina. Hal ini penting, mengingat banyak kardinal terutama yang diangkat oleh Paus Fransiskus dalam dua belas tahun terakhir belum memiliki hubungan akrab satu sama lain.
"Harapan untuk persatuan sangat kuat," ujar Kardinal Ángel Sixto Rossi dari Argentina, yang baru diangkat pada 2023. Suasana Vatikan pun terasa penuh dinamika, dengan para jurnalis memburu setiap komentar para kardinal yang melintas di Lapangan Santo Petrus.
Di tengah suasana penuh harap, muncul pula ketegangan. Salah satu isu besar yang mencuat adalah tentang hak suara Kardinal Angelo Becciu, yang terlibat skandal keuangan dan telah divonis bersalah oleh pengadilan Vatikan. Meski secara teknis tercatat sebagai "non-elektor," Becciu tetap hadir dalam pertemuan awal, dan hingga kini belum ada keputusan resmi apakah ia akan diperkenankan memberikan suara.
Perebutan Kursi Suci: Antara Visi Pastoral dan Konsolidasi Doktrin:
Dalam konklaf ini, arah masa depan Gereja menjadi taruhan besar. Sebagian besar kardinal, terutama yang berasal dari Amerika Latin, Asia, dan Afrika, mendorong kelanjutan misi Paus Fransiskus yang berfokus pada keadilan sosial, inklusivitas, dan kedekatan dengan kaum marginal.
Namun, suara dari kelompok konservatif pun tak kalah menggema. Mereka berharap Gereja kembali menguatkan doktrin tradisional seperti yang ditegaskan pada era Paus Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI.
"Peran Paus adalah mempersatukan kami, dan itu adalah anugerah dari Tuhan," kata Kardinal Vincent Nichols dari Inggris, menegaskan pentingnya menjaga kesatuan.
Kekuatan Global yang Mulai Mengemuka :
Komposisi para pemilih mencerminkan wajah Gereja yang semakin global. Dari 135 kardinal elektoral, 108 merupakan sosok yang ditunjuk oleh Fransiskus — banyak di antaranya berasal dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Kardinal John Onaiyekan dari Nigeria mengingatkan bahwa kehadiran Afrika di konklaf kali ini bisa menjadi faktor penting, terlebih setelah sebelumnya para uskup Afrika menolak penerapan kebijakan pemberkatan pasangan sejenis. Walau Onaiyekan sendiri tidak lagi berhak memilih karena usianya yang melewati 80 tahun, pengaruhnya terhadap para pemilih muda tetap diperhitungkan.
Sementara itu, dari Asia, Kardinal Anthony Poola dari India menyuarakan optimisme bahwa meskipun beragam, para kardinal akan tetap mencari sosok pemimpin yang membawa semangat St. Petrus ke masa kini.
"Apapun bisa terjadi," ujar Poola, menandaskan ketidakpastian yang menyelimuti proses ini.
Wajah-Wajah Kuat Calon Paus:
Beberapa nama disebut-sebut mulai menonjol di antara para pewarta dan pengamat Vatikan. Kardinal Matteo Zuppi dari Italia menjadi sorotan, dikenal karena kedekatannya dengan gerakan sosial dan kemampuan diplomatiknya. Ia sempat bergurau kepada wartawan bahwa ia sedang "menahan napas" menghadapi sorotan luar biasa di Vatikan.
Konklaf ini diprediksi tidak akan berlangsung lama. Kardinal Baltazar Enrique Porras dari Venezuela memperkirakan keputusan akan tercapai dalam dua hingga tiga hari setelah pemungutan suara dimulai.
Namun, dengan beragam latar belakang, agenda tersembunyi, serta perbedaan visi besar di antara para kardinal, hasil akhir tetap menjadi teka-teki besar — dan dunia menanti dengan napas tertahan.()