Jumat, 2 Mei 2025
Cuaca 0oC
BREAKING NEWS

IHSG Anjlok ke Zona Merah, Turun 1,15 Persen

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah pada penutupan perdagangan Kamis (24/4/2025). 
IHSG Anjlok ke Zona Merah, Turun 1,15 Persen

Menurut Bursa Efek Indonesia, IHSG turun 1,15 persen atau 75 poin ke level 6.613. 

IHSG sempat berada di zona hijau dari pembukaan hingga sesi kedua perdagangan. Namun, menjelang akhir perdagangan IHSG terus melorot dengan level terendah mencapai 6.585.

"Sepanjang sesi perdagangan, indeks LQ45 yang berisi saham unggulan bergerak melemah," kata Tim Analis Pilarmas Investindo Sekuritas. Saham-saham yang mendominasi penurunan itu adalah ARTO, BBCA, MEDC, ADMR dan MAPI.

Sebanyak 344 saham harganya naik dan 292 saham turun. Sementara 232 saham lainnya tidak mengalami perubahan harga atau stagnan. 

Menurut Tim Pilarmas, saham sektor properti dan real estate turun paling bawah (minus 0,36 persen). Sedangkan saham sektor barang primer (consumer non-cyclicals) naik paling tinggi (1,22 persen).

Volume saham yang diperdagangkan sebanyak 19,58 miliar lembar dan frekuensi perdagangan sebanyak 1.140.000 kali transaksi. Total nilai perdagangan tercatat Rp13,25 triliun dan kapitalisasi pasar menjadi Rp11.456 triliun.

Turunnya IHSG seiring dengan indeks bursa saham Asia yang ditutup beragam. Menurut analisis Tim Pilarmas, para investor sedang mencermati sikap Presiden AS Donald Trump yang berubah-ubah terkait kebijakan tarifnya.

Trump juga membuat kebisingan terkait kepemimpinan di bank sentral AS, The Fed. Selama sepekan ini dia menyatakan bakal memecat Ketua The Fed, Jerome Powell, tetapi kemudian ucapannya itu ditarik kembali.

Pemerintahan Trump akan mempertimbangkan penurunan tarif atas barang-barang impor Tiongkok sambil menunggu pembicaraan dengan Beijing. Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland, Beth Hammack, mengatakan bank sentral perlu memperlambat kebijakan moneternya.

"Kami perlu melihat kinerja perekonomian AS akibat kebijakan tarif yang diperkirakan menyebabkan perekonomian AS melambat," ujarnya. Menurut Hammack, jika pada Juni 2025 sudah tampak jelas data-data ekonomi AS, saat itulah The Fed akan bergerak.(*)


 
  Gambar Iklan
 
Hide Ads Show Ads