Breaking News :
Harga Minyak Mentah Ambruk Drastis Usai Pengumuman Tarif Timbal Balik AS

Harga Minyak Mentah Ambruk Drastis Usai Pengumuman Tarif Timbal Balik AS

Harga minyak mentah di pasar spot mengalami penurunan tajam pada hari ini setelah Amerika Serikat mengumumkan penerapan tarif timbal balik terhadap mitra dagangnya. 
Harga Minyak Mentah Ambruk/(ilustrasi/@pixabay)

Pada perdagangan Kamis (03/04/2025) pukul 10.20 WIB, harga minyak Brent anjlok sebesar 2,25% dan berada di posisi US$73,26 per barel. 

Sementara itu, minyak WTI juga mengalami depresiasi sebesar 2,51% dan tercatat di US$69,91 per barel, dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya pada 02/04/2025. 

Kondisi ini sangat kontras dengan perdagangan kemarin yang menunjukkan tren penguatan, di mana harga Brent menguat 0,62% dan WTI naik 0,72%.

Dilansir dari Reuters, penurunan harga minyak terjadi usai Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif timbal balik baru. 

Trump menyebut tanggal 2 April sebagai "Hari Pembebasan" dan menetapkan tarif dasar 10% pada semua impor ke AS serta tarif yang lebih tinggi untuk puluhan mitra dagang utama. 

Kebijakan ini memicu kekhawatiran bahwa perang dagang global akan melemahkan permintaan minyak mentah, karena berpotensi mengganggu perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi global. 

Menurut Bjarne Schieldrop, kepala analis komoditas di SEB, langkah ini diharapkan akan berdampak negatif terhadap perdagangan dan menekan permintaan minyak, meskipun dampak sebenarnya baru akan terasa dalam beberapa waktu ke depan.

Meski demikian, Gedung Putih mengonfirmasi bahwa impor minyak, gas, dan produk olahan energi dikecualikan dari kebijakan tarif baru tersebut. 

Namun, kekhawatiran tetap membayangi pasar energi karena tarif ini turut memicu potensi inflasi, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan meningkatnya ketegangan perdagangan global. 

Data dari Energy Information Administration (EIA) juga memperkuat sentimen bearish, dengan tercatat adanya kenaikan persediaan minyak mentah AS sebesar 6,2 juta barel dalam seminggu terakhir. 

Angka ini jauh berbeda dari perkiraan analis yang sebelumnya memproyeksikan penurunan sebesar 2,1 juta barel, sehingga menambah tekanan pada harga minyak.

Situasi ini menjadi sinyal penting bagi para pelaku pasar dan investor yang harus mengantisipasi fluktuasi harga minyak di tengah ketidakpastian perdagangan global. 

Para analis memperkirakan bahwa dampak kebijakan tarif timbal balik akan terus terasa dan menuntut strategi baru dalam mengelola portofolio investasi di sektor energi. 

Dengan kondisi pasar yang semakin dinamis, pemantauan terhadap perkembangan politik dan ekonomi global menjadi kunci untuk menentukan langkah-langkah investasi selanjutnya.(*)
BERITA TERKINI
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar