Breaking News :
WEB UTAMA
Potret Buruh Angkut Barang Pasar Tanah Abang  Jakarta

Potret Buruh Angkut Barang Pasar Tanah Abang Jakarta

Kisah buruh yang mengadu nasib, selalu melekat di kota Metropolitan Jakarta. Setiap tahunnya ribuan bahkan jutaan buruh berebut rupiah hanya untuk memenuhi tuntutan hidup. Di pasar-pasar, di terminal, di pelabuhan, bahkan di persawahan, aktifitas buruh mewarnai derap langkah kehidupan.(24/3/25).
Potret Buruh Angkut Barang Pasar Tanah Abang

Seperti Pasar Tanah Abang, disandang sebagai pusat grosir tekstil terbesar di Asia Tenggara menjadi tempat bagi berbagai kalangan untuk mengais rezeki. Tak terkecuali para tukang angkut barang atau biasa disebut porter.

Para porter menawarkan kekuatan fisiknya kepada pemilik toko di Pasar Tanah Abang untuk memindahkan barang dari toko ke tempat ekspedisi. Biasanya, satu porter setidaknya membawa satu karung besar atau biasa disebut bal yang beratnya menacapai 80 kg.

Adalah Bapak Jumadi pria asal Rangkaa Bitung ini usianya mendekati 60 tahun, namun dibalik usianya yang menua tersimpan otot-otot yang kuat, kekuatan yang ia miliki mampu memanggul berat beban hingga 80 kg.

Saat ini Pak Jumadi sudah hampir 30 tahun bekerja sebagai jasa pemanggul barang-barang sandang di pasar Tanah Abang. Tidak ada pilihan lain untuk bekerja selain menjadi kuli panggul, hal ini lantaran Pak Jumadi tidak memiliki keahlian lain selain menggunakan otot-otot nya untuk bekerja.

Lagi-lagi minimnya pendidikan yang dimiliki hampir semua buruh panggul di Pasar Tanah Abang hingga tidak ada jalan lain, selain harus merasakan beratnya beban sebagai buruh panggul.

"Yah kerena orang tua dulu tidak menyekolahkan saya, kalo sekolah mah saya gak jadi begini, " kata Pak Jumadi.

Potret Buruh Angkut Barang Pasar Tanah Abang

Meski sudah puluhan tahun berkutat pada jasa angkut barang, Pak Jumadi sedikitpun tidak menyesal pada keputusan yang diambilnya, dengan jernihnya payahnya ia dapat membiayai kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya.

Tidak banyak penghasilan yang didapat buruh panggul Pasar Tanah Abang, pendapatannya hampir sama dengan para buruh panggul baik di Pasar Induk Keramatjati, buruh pelabuhan Tanjung Priok, dan buruh terminal Tanjung Priok. Menurut Pak Jumadi jika sedang ramai bisa mencapai Rp 100.000,- namun jika sepi hanya mendapat Rp 50.000,- hal ini sudah menjadi kebahagiaan tersendiri.

Menurut Pak Jumadi di bulan Ramadhan ini justru penghasilannya menurun dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini karenakan sepinya pembeli di Pasar Tanah Abang.

"Tahun ini menurun, beda sama tahun-tahun kemarin, " ujar Pak Jumadi.

Meskipun bekerja berat, meskipun pendapatan sedang sekarat, Pak Jumadi tidak terhenti sedikitpun untuk membatalkan puasanya, Ia tetap berkeyakinan bahwa puasa merupakan kewajiban bagi seorang muslim yang harus dijalankan.

Ia tetap bersyukur meski perjalanan hidupnya hanya sebagai kuli panggul, menurut nya jika ia tidak berusaha bekerja sebagai kuli, tidak akan mendapatkan hasil dan mencukupi kebutuhan hidup.

"Terpaksa, anak-anak belum pada kerja, jadi yah gimana, " Kata Pak Jumadi.

Pak Jumadi bercerita, pengalaman terberatnya adalah pernah tertabrak roli selama bekerja, karena beratnya beban tidak seimbang dengan tenaga yang ia miliki, hal inilah yang membuat Bapak 4 anak ini selalu berhati-hati dalam mengangkat berat beban.

Dalam sehari bekerja, Pak Jumadi menyetor Rp 3.000,- kepada mandor angkut barang, hal ini dikarenakan Pak Jumadi tergabung dalam koperasi, koperasi inilah yang akan melindungi para buruh jika terjadi hal yang tidak diinginkan.

Di kota Jakarta, ribuan buruh bertaruh hidup, dengan mengangkut berat beban, bukan sebuah pilihan atau keterpaksaan, hal ini lebih dari sekadar tuntutan.

Yah, tuntutan, apapun akan dilakukan walaupun harus mengangkut berat beban.(*)
BERITA TERKINI
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar