
Pola Hidup Konsumtif PR Besar KDM!, Berdampak Trend Pengguna 'Pay Later' Meningkat di Jabar
0 menit baca
Trend penggunaan layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau pay later di Jawa Barat terus meningkat di setiap bulannya. Faktor kemudahan dalam pengajuan dan proses cepat dalam pencairan menjadi pemicu naiknya trend ini di setiap bulannya. Bahkan para pengguna layanan pay later di Jawa Barat didominasi oleh Gen Z di rentang usia 18 sampai 25 tahun.(25/3/25).
Menurut data terakhir Otoritas Jasa Keuangan Jawa Barat per bulan Desember 2024, transaksi pay later di Jawa Barat meningkat sebesar 100 triliun. Peningkatan itu tercatat dari rentang waktu bulan November hingga bulan Desember 2024. Transaksi pay later di Jawa Barat mencapai 19,4 triliun pada bulan November 2024. Angka tersebut meningkat hingga 19,5 triliun pada bulan Desember 2025.
Sementara itu di rentang waktu yang sama, jumlah akun pengguna layanan pay later di Jawa Barat juga ikut meningkat hingga 100 ribu akun. Pada kurun waktu November hingga Desember 2024 jumlah akun pengguna layanan pay later di Jawa Barat naik dari 5,9 juta akun menjadi 6,1 juta akun.
Analis Junior Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Barat, Mohammad Badar menyebut kemudahan pengajuan dan proses pencarian limit yang cepat dalam layanan pay later menjadi salah satu faktor yang memicu naiknya trend penggunaan pay later di Jawa Barat. Terlebih secara antropologis masyarakat Jawa Barat sudah terbiasa dengan kemudahan dan pelayanan yang cepat.
“Jadi kalau ngeliat tren ya ini setahun Ini datanya ini bisa kelihatan nih dari Desember 2023 sampai dengan Desember 2024 setahun Itu trennya Kalau kita lihat dari Desember 2023 ke Desember 2024 naiknya 3 triliun,” ujar Mohammad Badar (23/03/2025).
“Kenapa Jawa Barat? Berdasarkan riset itu saya pernah baca Jawa barat ini kalau dari segi karakter kata pengen instan perilaku masyarakatnya ya Jadi apa-apa pengen yang cepat mudah ya kan Dari sisi perilaku itu mudah ya dari sisi pintek Atau pinjol atau pindar itu mudah,” tambahnya.
Naiknya trend penggunaan layanan pay later ini juga didorong oleh sikap konsumtif masyarakat Jawa Barat. Sifat konsumtif itu diantaranya seperti penggunaan limit pay later untuk belanja barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan penarikan paksa limit pay later menjadi saldo rekening atau e wallet untuk membeli fitur game dan bermain judi online.
“Banyak yang mengakses ke situ tapi sayangnya tadi tidak digunakan untuk usaha yang produktif, rata-rata untuk konsumtif. Kalau dari pay later contoh, e commerce shopee gak bisa, nah itu dia masuknya ke pinjol,” kata Badar.
“Tapi dari pinjol dia tarikin ke shopee buat belanja misalnya atau ke judol. Makanya nggak kebayar gitu utang-utang pay later ini terus aja naik gitu Itu lah yang disebut kenapa tiap bulan meningkat gitu,” tandasnya.
Hal itu menjadi indikasi perkiraan naiknya trend penggunaan pay later di Jawa Barat. Meskipun data per Januari hingga Maret 2025 belum tersedia, namun beberapa hal bisa menjadi faktor kenaikan trend penggunaan pay later d Jawa Barat. Banyaknya momentum di rentang Januari hingga Maret yang mengharuskan masyarakat untuk melakukan pengeluaran bisa jadi pendorong naiknya trend ini.
Momentum tersebut diantaranya seperti liburan Imlek pada Januari 2025, persiapan Ramadhan pada Februari 2025 dan momentum Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada akhir bulan Maret 2025. Berbagai momentum tersebut khususnya idul Fitri memaksa masyarakat untuk melakukan banyak pengeluaran. Sementara, Jaw Barat sendiri sedang mengalami deflasi atau penurunan daya beli masyarakat pada bulan Maret.
Apalagi, kata Badar pengguna layanan pay later di Jawa Barat didominasi oleh kalangan muda yang melek digital. Pengguna layanan pay later di Jawa Barat sebagian besar adalah Gen Milenial. Tercatat Gen Milenial yang menggunakan layanan pay later di Jawa Barat mencapai 43,9 persen dengan rentang usia 24 sampai 39 tahun dan 26,5 persen berasal dari Gen Z dengan rentang usia 18 sampai 25 tahun.
“Itu rata-rata yang terakhir itu 43,9% Gen Milenial, Gen Z-nya 26,5 (rentang usia) 18 sampai 25 tahun. Jadi masih anak muda sekarang kebanyakan,” pungkasnya.
Sebelumnya Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi sendiri sudah menyebutkan bahwa kebiasaan masyarakat Jawa Barat dalam menggunakan P2P Lending atau Finance Technology (Fintech) atau lebih dikenal dengan pinjol dan pay later secara online menjadi salah satu masalah ekonomi dan faktor kemiskinan di Jawa Barat.
“Problem orang Jawa Barat itu adalah hari ini masyarakatnya itu menjadi pelanggan pinjol, pelanggan bank emok, dan pelanggan bank keliling, serta pelanggan rentenir lainnya yang bunganya ada yang mencapai 20%. Nah ini kan sebuah problem ekonomi,” ungkap Dedi Mulyadi.
Hal itu juga didorong oleh tingkat konsumerisme atau gaya hidup yang mengagungkan kepemilikan harta masyarakat Jawa Barat yang cukup tinggi.
“Nah ini kan terjadi di Jawa Barat karena itu juga difaktori oleh tingkat konsumerisme orang Jawa Barat agak tinggi Kredit motor, kulkas, nambah istri itu kan problem. Ini yang menjadi problem,” kata Dedi. (*)