Penembak Bos Rental, Dua Kopaska, Satu Ajudan
Panglima Komando Armada (Pangkoarmada), Laksamana Madya TNI Denih Hendrata menyatakan terdapat tiga anggotanya yang terlibat. Hal itu terkait kasus penembakan bos rental mobil di rest area KM 45 Tol Tangerang-Merak.
Hendrata menyebutkan tiga anggota itu yakni berinisial AA, RH, dan BA. Dari ketiganya, dua berpangkat Sersan Satu (Sertu) dan satu lainnya berpangkat Kelasi Kepala atau KLK.
Dua anggota berasal dari satuan khusus pasukan elite TNI AL yaitu Komando Pasukan Katak (Kopaska) Arnada 1. Ada pula yang berasal dari kapal tengker TNI AL (KRI Bontang).
"Saya pertama kali menerima laporan terkait insiden ini pada 2 Januari 2025, malam. Sekitar pukul 20.00 WIB dari Asintel Pangkoarmada RI," kata Hendrata, Senin (6/1/2025).
Hendrata juga mengakui satu dari tiga anggotanya melakukan penembakan terhadap bos rental mobil ini. Tiga anggota TNI AL yang terlibat diproses dalam tahap penyelidikan di Pusat Polisi Militer Angkatan Laut (Puspomal) dan ditahan 20 hari.
"Dalam insiden tersebut diakui bahwa salah satu anggota melakukan tindakan penembakan. Setelah diketahui kemudian mengakibatkan korban tewas dan satu orang luka-luka," ucapnya.
Hendrata mengungkapkan, Sertu AA yang menembak, karena membawa senjata api dan tugasnya sebagai ajudan. Seorang ajudan memiliki standar operasional prosedur (SOP) yang melekat untuk penggunaan senjata api.
Senjata yang digunakannya pun merupakan inventaris milik TNI AL dan bukan senjata api rakitan. "Ini sudah ada SOP, ada surat perintah segala macam, tentu bukan senjata rakitan," ujar Hendrata.
Menurutnya, penggunaan senjata itu melekat pada anggota TNI yang bertugas sebagai ajudan. Untuk mengamankan dirinya beserta pejabat yang dikawalnya.
Namun, Hendrata belum menjelaskan identitas pejabat militer yang dikawal oleh oknum TNI AL yang bertugas sebagai ajudan tersebut. Dia pun bakal mengevaluasi terkait penggunaan senjata api.
Penembakan itu terjadi karena ada pengeroyokan kepada oknum TNI oleh sekitar 15 orang. Siapapun yang terdesak hingga dikeroyok, akan membela diri dan menggunakan sesuatu untuk menyelamatkan dirinya.
Terlebih, seorang tentara sudah terlatih ketika menghadapi situasi tersebut. "Bagaimana faktor kecepatan, insting, segala macam, kita sering mendengar kalimat 'kill or be kill'," ujar Hendrata.(*)