BREAKING NEWS :
Mode Gelap
Artikel teks besar

Gen-Z dan Kontribusinya Untuk Perubahan

Ustaz Budi Ashari, Lc. menganalogikan pemuda layaknya matahari di siang hari. Panasnya sedang di suhu tertinggi. Terangnya menyibak semua sisi. Kondisi yang sangat membakar dan penuh energi.

Rosulullah sangat mencintai pemuda yang tangguh, cerdas dan visioner. Pemuda yang menatap masa mendatang dengan semangat perubahan. Rosulullah pun sangat mencintai pemuda yang senantiasa menautkan hatinya pada Din Islam. Tak ayal pemuda model begini menjadi salah satu bagian dari orang yang dibisarohkan oleh Rosulullah, yang akan Allah berikan naungan yang mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya di hari penghisaban.
Foto ilustrasi

Dalam perjuangan menyebarkan Islam mulai di kota Makkah hingga ke Madinah, Rosulullah tidak pernah tidak  disertai oleh pemuda-pemuda dengan spek luar biasa. Seperti halnya Abu Bakar Ash-shidiq, Umar Ibnu Khattab, Utsman Ibnu Affan, dan yang paling belia Ali Ibnu Abi Tholib serta Arqam Ibnu Abi Arqam. Semuanya selalu penuh energi untuk membantu dakwah Rosulullah SAW. 

Generasi ini disebut generasi sahabat. Mereka menautkan hatinya pada Din Islam. Kala itu mereka bergerak bersama Rosulullah SAW untuk menapak di atas jalan politik perubahan Islam. Hingga Islam membumi di Madinah Almunawaroh.

Begitu pula bapak proklamator, Soekarno dalam mengawali kemerdekaan Indonesia, hanya meminta sepuluh pemuda untuk menyertainya dalam membangun peradaban di negara ini. Begitulah kekuatan dan pengaruh pemuda, sangat besar serta menjadi hal yang sangat penting. Tidak heran dari masa ke masa, dari generasi ke generasi pemuda menjadi elemen paling diperhitungkan untuk bergerak dalam perubahan.

Beralih ke masa kini, Gen-Z adalah generasi dengan usia yang kurang lebih sama dengan gambaran para pemuda yang dipaparkan diatas baik di masa Rosulullah, di masa kini, dan di masa awal kemerdekaan. Kekritisan berpikir, kepekaan akan situasi politik senantiasa ada di benak mereka. Mereka resah dengan kondisi yang tidak ideal. Gen-Z di masa ini berada di fase sebagai pemegang arah perubahan. Merek juga pemegang estafet perjuangan untuk  kemajuan. Mereka pun generasi yang menyicip perubahan teknologi, sehingga mudah baginya mengendalikan arah peradaban.

Kepedulian Gen-Z harus diasah pada arah yang idealis dan benar. Baru-baru ini perkumpulan mahasiswa hingga K-Popers turun ke jalan dalam rangka menyuarakan aksi penolakan mereka untuk menolak kenaikan PPN 12 persen, resmi 1 Januari 2025. Perkumpulan ini terdiri dari mahasiswa, akademisi, wibu (pecinta anime Jepang), hingga K-Popers. Semua mengajak untuk turun ke jalan (kompas.com, 19/12/2024).

Di lain kota, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga (Unair) pun menolak kenaikan PPN yang semula 11 persen menjadi 12 persen. Presiden BEN Unair, Aulia Thaariq Akbar menyatakan dengan tegas bahwa kenaikan PPN dirumuskan tanpa melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif. Kenaikan PPN 12 persen dinilai tidak di waktu yang tepat. Pasalnya saat ini banyak masyarakat yang down grade dari kelas menengah turun ke kelas bawah. 

Thaariq juga menyampaikan bahwa kenaikan PPN 12 persen yang diwacanakan hanya kena pada barang dan jasa yang mewah, nyatanya mengimplikasikan kebohongan. Karena pada akhirnya kenaikan PPN 12 persen akan mengenai barang-barang pokok kebutuhan masyarakat (beritajatim.com, 21/12/2024).

Aksi Gen-Z diatas patut diacungi jempol. Mereka memang harus menjadi garda terdepan dalam mengkritisi kebijakan yang dinilai memberatkan dan mendzalimi rakyat. Kekritisan mereka menjadi kemajuan yang baik.

Kepedulian Gen Z terhadap kebijakan yang menyengsarakan rakyat memang sudah seharusnya ada, karena Gen Z adalah salah satu kekuatan umat dalam mewujudkan perubahan. Penolakan Gen Z atas kebijakan ini harus dibangun dengan kesadaran yang sahih atas kerusakan sistem hari ini. Bukan hanya pungutan pajak saja yang harus ditolak, namun juga sistem kehidupan yang menjadi asas lahirnya kebijakan pajak atas rakyat yaitu sistem kapitalisme.

Oleh karena itu Pendidikan politik pada Gen Z tidak boleh diabaikan, terlebih Islam melihat potensi Gen Z sebagai agen perubahan hakiki sangat besar. Selain itu, Islam memiliki sistem pendidikan Islam untuk membekali Gen Z dengan berbagai ilmu agar produktif dan menghasilkan karya untuk umat. 

Islam juga akan memberikan pendidikan politik Islam sebagai bekal Gen Z dalam memberikan kontribusi pada perubahan hakiki untuk penerapan Islam kafah dalam institusi negara. Gen Z harus bergabung pada partai politik Islam ideologis untuk mendapatkan Pendidikan politik Islam agar gerak perjuangannya terarah dan berada pada jalan yang menghantarkan pada perubahan yang hakiki yaitu kehidupan yang diatur dengan Islam kaffah sebagaiamana generasi para sahabat yang menyertai Rosulullah SAW.

Wallahu'alam

Penulis: Tati Sunarti, S.S
Posting Komentar