Fakta Menyeramkan jika Terjadi Ledakan Megathrust Selat Sunda
Peristiwa gempa megathrust adalah pergerakan besar lempeng tektonik wilayah subduksi yang memicu gempa besar dan tsunami. Selat Sunda yang menghubungkan lempeng Indo-Australia dan Eurasia, merupakan zona megathrust yang patut diperhatikan.
Peneliti BRIN, Nuraini Rahma Hanifa menyebutkan, zona megathrust Selat Sunda dapat memicu gempa magnitudo 8,7-9,1. Oleh sebab itu, BRIN mewanti-wanti ledakan gempa megathrust di selatan Jawa termasuk Selat Sunda.
BRIN menilai, kejadian menyeramkan itu bisa terjadi kapan saja dan memicu tsunami besar seperti di Aceh 2004. Tsunami megathrust Selat Sunda diperkirakan 20 meter di selatan Jawa, 3-15 meter di Selat Sunda, dan 1,8 meter di Jakarta.
Penelitian paleotsunami menunjukkan gempa megathrust di selatan Jawa terjadi setiap 400-600 tahun, terakhir diperkirakan pada 1699. Zona tersebut saat ini berada dalam fase kritis, berpotensi melepaskan energi besar.
Masyarakat perlu menyadari bahwa bencana megathrust merupakan bagian dari risiko hidup di wilayah rawan gempa. Dengan pemahaman yang baik, langkah mitigasi yang tepat, dan kesiapsiagaan, risiko tersebut bisa diminimalkan.
Tindakan Pengurangan Risiko Gempa Megathrust
Meskipun megathrust tidak bisa dihentikan, dampaknya bisa dikurangi dengan upaya mitigasi berikut :
1. Pendekatan Berbasis Struktur
- Membangun tanggul tsunami, pemecah ombak, dan zona aman 250 meter dari pantai untuk perlindungan.
- Memperkuat bangunan (retrofitting), terutama di daerah padat penduduk seperti Jakarta, untuk meningkatkan keselamatan.
2. Pendekatan Berbasis Ekosistem
- Menanam mangrove, pandan laut, dan tanaman pantai lain untuk meredam kekuatan gelombang tsunami.
3. Pendekatan Sistem Alarm Awal
- Meningkatkan teknologi deteksi gempa dan tsunami, seperti dengan memasang buoy dan sensor bawah laut.
- Menjamin informasi peringatan dini tersampaikan cepat ke masyarakat lewat sirene dan aplikasi darurat. (*)