Tangkap Tikus Dapat Cuan Tiap Desa, Usulan Program Dewan Cita Banjir Apresiasi Saat Reses
Selasa, Desember 03, 2024
Hama tikus jadi ancaman serius puluhan ribu hektar sawah di musim penghujan. Jumlahnya semakin menggila dan meringsek pertanaman sawah petani yang terancam gagal panen di Karawang. Hal ini yang juga banyak di keluhkan masyarakat tani Cilamaya Kulon saat curhat di sela reses Anggota DPRD Karawang Dapil IV, H Cita di Desa Pasirjaya dan Sukamulya, Senin 2 Nopember 2024.
Atas kondisi hama tikus yang volumenya semakin menggila di musim pertanaman, Dewan Fraksi PDI Perjuangan ini mengusulkan program 'Berburu Tikus Dapat Cuan' setiap desa, caranya dengan gorol target tangkap 2.000 ekor tikus dalam seminggu dengan hasil tangkapan diberikan uang jasa Rp1.000-2000 perekornya.
Selain menjadi wahana ekonomi bagi masyarakat desa, juga akan menguntungkan para petani dan sektor pertaniannya.
"Dulu ada waktu saya jadi Kades dan beberapa Kades programkan hal ini, semangat masyarakat dan petani meningkat mencari dan menangkap tikus di sawah dengan upah Rp1.000 perekor, dengan setor ekor tikus yang di himpun di desa, kemudian penangkap itu diberikan gak uang jasanya. Nah sekarang juga kalau mau Bupati melalui Dinas Pertanian bersama Pemerintah Desa program itu secara legal, " sarannya.
Cita menambahkan, kalau dalam satu desa sukses tangkap 2.000 ekor di kali sepuluh desa saja saja sudah 20.000 ekor hama tikus di berantas di lahan pertanian. Tinggal di kolaborasikan laporan setiap ekor tikus itu ke desa dan di laporkan ke UPTD Pertanian Kecamatan maupun Dinas nantinya. Usulan ini menang nyeleneh, tapi berdampak luas hasilnya, baik secara ekonomi bagi masyarakat, maupun lahan pertanian yang aman dari hama tikus.
"Kalau satu orang sukses tangkap tikus sawah 30 ekor saja perhari, sudah dapat Rp60 ribuan, yakin akan banyak yang mendadak nyari tikus, tinggal dibentuk teknis dan programnya saja, " Katanya.
Lebih jauh ia yang juga seorang petani, mengaku risih saat musim penghujan atau musim rendeng, tikus ini sulit terkendali dan bermigrasi sehingga meringsek pertanaman sawah, ada yang gagal tanam bahkan juga gagal panen.
Sehingga, ia tahu betul kepayahan para petani mengendalikan tikus. Ada yang harus ronda keliling sawah dimalam hari untuk mengusir tikus, ada yang menyekat pertanaman dengan plastik dan terpal, hingga memburu dengan asap belerang beracun yang tentu saja biaya produksinya semakin memakan biaya.
"Oleh karenanya, dirinya sudah sampaikan langsung ke Bupati agar hal ini (berburu dan menangkap tikus dapat cuan_red) di realisasikan dan di programkan di desa-desa, misalnya per desa kuotanya 2.000 ekor, maka dalam satu desa hanya menganggarkan Rp jutaan untuk membeli ekor tikus tersebut sebagai bukti hasil tangkapan. Ini memang nyeleneh, tapi berdampak positif bagi petani dan masyarakat, " Pungkasnya. (Rd)