Pendakian Gunung Gede Pangrango Ditutup hingga Maret 2025
Pendakian Gunung Gede Pangrango resmi ditutup sementara mulai Rabu, 25 Desember 2024, hingga 31 Maret 2025. Penutupan ini diumumkan oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) melalui surat edaran nomor 30/BBTNGGP/Tek/B/12/2024 yang diterbitkan pada 20 Desember 2024.
Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya pemulihan ekosistem di kawasan gunung yang merupakan salah satu destinasi pendakian populer di Indonesia.
Agus Deni, Humas TNGGP, menjelaskan bahwa penutupan ini bertujuan untuk memberikan waktu bagi ekosistem di jalur pendakian dan kawasan puncak untuk pulih. Selama beberapa bulan terakhir, aktivitas pendakian telah memberikan tekanan yang signifikan terhadap lingkungan di kawasan Gunung Gede Pangrango
“Penutupan ini dilakukan untuk pemulihan ekosistem, baik di jalur pendakian maupun di kawasan puncaknya,” ujar Agus seperti dikutip dari detikJabar. Selain itu, keputusan ini juga mempertimbangkan cuaca ekstrem yang kerap melanda kawasan tersebut, sehingga langkah ini diambil demi menjaga keselamatan para pendaki.
Dengan adanya penutupan ini, pendakian ke Gunung Gede Pangrango tidak akan tersedia selama momen Natal dan Tahun Baru (Nataru). Untuk mengantisipasi pendakian ilegal, TNGGP akan menempatkan petugas di setiap jalur pendakian guna melakukan patroli rutin.
“Kami akan menyiagakan petugas di setiap jalur pendakian untuk memastikan tidak ada aktivitas pendakian ilegal selama masa penutupan. Sanksi tegas akan diberikan kepada siapa pun yang melanggar aturan ini,” tambah Agus.
Langkah penutupan ini menunjukkan komitmen Balai Besar TNGGP dalam menjaga kelestarian lingkungan dan keamanan kawasan konservasi. Pendakian Gunung Gede Pangrango yang merupakan salah satu destinasi favorit bagi para pendaki, memerlukan perhatian ekstra untuk memastikan keseimbangan ekosistem tetap terjaga.
Bagi para pendaki yang sudah merencanakan perjalanan, keputusan ini mungkin mengecewakan. Namun, hal ini dilakukan demi kebaikan jangka panjang, baik untuk lingkungan maupun pengalaman pendakian di masa depan.(*)