Konflik Myanmar, Kelompok Etnis Arakan Kuasai Kota Maungdaw
Kelompok bersenjata etnis Arakan Army mengklaim telah menguasai pos militer terakhir di Maungdaw, Myanmar. Kota tersebut terletak di perbatasan antara Myanmar dengan Bangladesh, dilansir dari AP News, Selasa (10/12/2024).
Dengan penguasaan Maungdaw, Arakan Army kini menguasai seluruh bagian utara negara bagian Rakhine. Ini merupakan sebuah langkah maju dalam perjuangan mereka untuk memperoleh otonomi.
Rakhine telah menjadi medan pertempuran utama dalam perang saudara Myanmar. Kelompok-kelompok etnis dan gerilyawan pro-demokrasi bertempur melawan pemerintah militer Myanmar yang berkuasa sejak 2021.
Khaing Thukha, juru bicara Arakan Army, mengkonfirmasi penguasaan pos militer Maungdaw pada hari Minggu, setelah pertempuran sengit. Komandan pos tersebut, Brigadir Jenderal Thurein Tun, dilaporkan tertangkap saat mencoba melarikan diri.
Situasi di Maungdaw sulit diverifikasi karena akses ke internet dan telepon seluler terputus. Maungdaw, sekitar 400 km barat daya Mandalay, telah menjadi target serangan Arakan Army sejak Juni.
Kelompok ini sebelumnya telah menguasai dua kota lainnya, Paletwa dan Buthidaung, di perbatasan Bangladesh. Sejak November 2023, Arakan Army telah menguasai 11 dari 17 kecamatan di Rakhine dan satu kecamatan di negara bagian Chin.
Kota Ann, yang menjadi markas besar militer di wilayah barat Myanmar, juga diperkirakan akan jatuh ke tangan Arakan Army. Kelompok ini mengklaim telah merebut lebih dari 30 pos militer, meskipun masih menyisakan komando militer barat.
Pertempuran terbaru di Rakhine meningkatkan kekhawatiran tentang kebangkitan kekerasan terhadap komunitas Rohingya. Komunitas tersebut sebelumnya dianiaya pada 2017, menyebabkan lebih dari 740.000 Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
Arakan Army membantah tuduhan-tuduhan ini, meskipun saksi mata menggambarkan tindakan mereka. Rohingya, yang telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi, sering dianggap sebagai imigran ilegal oleh banyak orang, termasuk kelompok Rakhine.
Arakan Army sebelumnya dituduh melakukan pelanggaran HAM besar-besaran, seperti memaksa 200.000 Rohingya untuk meninggalkan Buthidaung dan membakar bangunan. Pada Agustus, mereka juga dituduh menyerang Rohingya yang melarikan diri dari pertempuran di Maungdaw.
Arakan Army juga terlibat dalam aliansi etnis bersenjata yang menyerang Myanmar bagian timur laut pada Oktober tahun lalu. Mereka juga menguasai wilayah strategis di perbatasan Myanmar dengan Tiongkok.(*)