Kilas Balik Natal 1914, Mengenang Pertempuran Menggetarkan Hati
Menjelang perayaan Natal 2024, umat Kristiani patut mengenang salah satu momen perayaan Natal paling heroik dalam sejarah. Yaitu, sebuah aksi gencatan senjata Natal di tengah sengitnya Perang Dunia I yang telah menjadi legenda itu.
Terutama di antara mereka yang mendambakan kedamaian dan perdamaian dalam hidup, bahkan di tengah perang. Fenomena ini bahkan juga menjadi peristiwa paling dikenang dalam Perang Dunia I.
Bukan karena serunya tembak-tembakan dan ngerinya pertumpahan darah. Tapi momen ketika tentara dari dua negara yang terlibat, dalam hal ini Inggris dan Jerman bermain sepak bola bersama saat genjatan senjata.
Peristiwa itu terjadi persis saat Natal 1914. Perang Dunia I melibatkan beberapa negara di Eropa, di antaranya adalah Jerman dan Inggris.
Dilansir Britannica, perang ini dimulai pada musim panas 1914. Momen tak terduga terjadi ketika memasuki bulan Desember 1914, tepatnya pada Malam Natal dan Hari Natal, 24-25 Desember 1914.
Ketika itu, para prajurit dari kedua pihak yang berseteru, Inggris dan Jerman, mengadakan gencatan senjata tidak resmi. Mereka menghentikan baku tembak, saling berjabat tangan, menyanyikan lagu-lagu Natal, dan bahkan bermain sepak bola.
Mereka juga saling bertukar makanan, minuman, serta rokok. Ketika itu, medan pertempuran membentang dari perbatasan Swiss ke Laut Utara.
Saat itu, negara-negara Eropa berperang pada musim panas 1914 dengan keyakinan bahwa konflik bersenjata itu akan berakhir pada Natal tahun yang sama. Namun, hanya dalam beberapa bulan, ratusan ribu tentara tewas dalam pertempuran sengit.
Perang itu justru menghasilkan kebuntuan berkepanjangan bagi kedua belah pihak yang sama-sama seimbang dari segi kekuatan. Untuk diketahui, Perang Dunia I berlangsung dengan metode perang parit.
Para prajurit dari kedua belah pihak membangun parit-parit sebagai daerah pertahanan, dan mencoba menguasai parit musuh. Parit itu juga merupakan tempat tinggal para prajurit di medan perang, tempat di mana mereka makan dan juga tidur.
Pada Desember 1914, hujan lebat selama berminggu-minggu telah mengubah parit dan medan perang. Memisahkan mereka yang bertikai menjadi rawa dingin dan berlumpur.
Pada 7 Desember 1914, Paus Benediktus XV mengeluarkan seruan kepada para pemimpin Eropa. Perihal ini, agar baku tembak dihentikan setidaknya pada 'malam para malaikat bernyanyi' (malam Natal).
Harapan Benediktus adalah bahwa gencatan senjata akan memungkinkan pihak-pihak yang bertikai untuk merundingkan perdamaian. Tapi seruan itu tidak terlalu diindahkan oleh kedua belah pihak.
Meskipun para pemimpin Eropa tidak pernah mengeluarkan perintah gencatan senjata. Namun, para prajurit di medan perang berpikir sebaliknya.
Prajurit Inggris dan Jerman yang pada hari-hari sebelumnya berupaya saling bunuh, justru saling berjabat tangan. Mereka terlihat seperti saudara jauh ketika Natal tiba.
Momen perdamaian yang sulit dipercaya itu pun tercatat dalam kesaksian. Yakni berupa surat-surat dan buku-buku harian para prajurit Perang Dunia I.
Seorang tentara Inggris bernama J. Reading menulis surat kepada istrinya. Dalam pesannya menggambarkan betapa hangatnya suasana Natal di medan perang.
“Kesatuanku kebetulan berada di garis depan pada malam Natal. Dan ketika itu adalah giliranku untuk berjaga di sebuah rumah kosong sampai pukul 6:30 pada pagi Natal," tulis Reading dalam suratnya.
Reading mengatakan, pada pagi hari, orang-orang Jerman mulai bernyanyi dan berteriak. Semuanya dalam bahasa Inggris yang baik.
Mereka berteriak: "Apakah Anda Brigade Senapan; apakah Anda memiliki botol minuman tersisa? Jika iya, mari kita bertemu".
"Kemudian, mereka menghampiri kami. dan Kesatuan kami pergi menemui mereka".
"Aku berjabat tangan dengan beberapa dari mereka, dan mereka memberi kami rokok dan cerutu. Kami tidak saling tembak hari itu, dan semuanya begitu damai seperti mimpi,” tulis Reading.
Pengalaman yang sukar dipercaya itu juga diungkapkan oleh prajurit Inggris lainnya, John Ferguson dalam kesaksiannya. “Di sini kami bercanda dan mengobrol dengan pria yang hanya beberapa jam sebelumnya kami coba membunuhnya,” ujar Ferguson.
Selain berbagi makanan, minuman, dan rokok para prajurit Inggris dan Jerman juga sempat mengadakan pertandingan sepakbola dadakan. Hal itu diungkapkan Letnan Jerman Kurt Zehmisch dari Infanteri Saxon 134 dalam catatan yang ia tulis di buku hariannya.
“Orang-orang Inggris itu membawa bola sepak dari parit mereka. Dan segera terjadi permainan yang meriah,” katanya.
“Betapa luar biasa indahnya, namun betapa anehnya itu, para perwira Inggris merasakan hal yang sama tentang hal itu. Jadi Natal, perayaan cinta, berhasil menyatukan musuh bebuyutan sebagai teman untuk sementara waktu."
Itulah salah satu peristiwa yang paling diingat dari Perang Dunia I yang berdarah-darah itu. Natal 1914 adalah simbol paling kuat tentang cinta, kasih, dan kedamaian hingga menggetarkan hati menarik simpati dunia.(*)