Kenapa Telur punya Kuning Telur?
Telur adalah salah satu bahan makanan yang paling sederhana, namun penuh misteri. Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa di dalam telur terdapat kuning telur? Bagian kuning ini bukan hanya memberikan warna yang menarik, tetapi juga memiliki fungsi penting dalam kehidupan awal makhluk yang akan menetas darinya. Dalam dunia biologi, kuning telur adalah sumber nutrisi utama bagi embrio yang sedang berkembang. Namun, di balik manfaatnya bagi makhluk hidup, kuning telur juga menyimpan cerita menarik yang menjelaskan bagaimana telur terbentuk dan berfungsi, bahkan saat berada di dapur kita. Mari kita telusuri lebih jauh!
Dilansir dari laman theconversation.com, kuning telur merupakan sumber vitamin, mineral, lemak dan protein yang dikemas oleh hewan betina untuk embrio (sel yang sedang berkembang dan akan menjadi bayi). Anda mungkin tahu bahwa bagian kuning di dalam telur ayam adalah kuning telur, dan kenyataannya banyak hewan bertelur dengan kuning telur di dalamnya. Namun, tidak semua telur hewan memiliki kuning telur!
Dengan adanya kuning telur di dalam telur, hewan yang sedang berkembang dapat bertahan di dalam telur lebih lama, yang dapat meningkatkan peluangnya untuk bertahan hidup. Kelemahannya, sang induk harus bekerja lebih keras untuk mencari makanan demi mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk membuat kuning telur yang bergizi dan berlemak.
Untuk memahami mengapa spesies hewan yang berbeda memiliki jenis telur yang berbeda, Anda perlu tahu bahwa semua makhluk hidup berubah secara perlahan dari waktu ke waktu, melalui proses yang disebut evolusi. Ketika makhluk hidup terlahir dengan perbedaan khusus yang kita sebut sebagai “sifat”, terkadang sifat ini membantu mereka hidup dan bertahan hidup lebih baik daripada yang tidak memiliki sifat tersebut. Sifat ini dapat membantu mereka hidup lebih lama dan memiliki lebih banyak anak.
Karena perbedaan-perbedaan dalam bertahan hidup ini, pada akhirnya, sifat yang membuat satu individu makhluk hidup dapat hidup dan berkembang biak akan menjadi hal yang umum dan ditemukan di seluruh spesies. Tapi bagaimana jika beberapa telur itu kebetulan mengandung sedikit lemak dari induknya dibandingkan dengan saudara-saudaranya, lemak tersebut akan membuat cacing hanya cukup untuk bertahan hidup sebentar bahkan saat tumbuh di dalam telur dan lebih sedikit waktu untuk mencari makanan setelah menetas.
Telur dengan sedikit kuning telur ditemukan pada hewan-hewan seperti cacing tanah, lintah, kerang, kerang, remis, bintang laut, bulu babi, dan artropoda laut (udang, lobster, kepiting) dan beberapa serangga. Hewan-hewan ini menghasilkan telur dalam jumlah besar. Udang bertelur dalam jumlah yang banyak. Jika Anda perhatikan dengan seksama, Anda dapat melihat banyak telur kecil berwarna merah muda di dalam tubuh udang. Sebagian besar bayi yang tumbuh di dalam telur-telur ini harus melalui banyak tahapan sebelum mencapai tahap dewasa. Pertama, mereka harus tumbuh menjadi larva (yang kita sebut sebagai tubuh junior, dan sering terlihat seperti cacing). Bayi-bayi itu harus berubah menjadi larva agar mereka bisa makan, dan setelah makan sedikit, mereka berkembang menjadi dewasa (bayangkan ulat yang akhirnya berubah menjadi kupu-kupu). Hewan yang menghasilkan telur dengan kuning telur yang lebih banyak memiliki keturunan yang dapat berkembang sempurna dan melewatkan tahap larva, seperti pada ikan hagfish dan siput.
Telur dengan kuning telur yang sangat besar ditemukan pada hewan yang menghasilkan sangat sedikit telur, dan keturunannya dapat menggunakan kuning telur untuk berkembang sepenuhnya. Jenis telur ini hanya ditemukan pada cephalopoda (cumi-cumi, gurita, dan nautilus) dan beberapa vertebrata (hewan bertulang belakang). Vertebrata yang menghasilkan telur dengan kuning telur yang besar termasuk ikan bertulang, ikan bertulang rawan (hiu dan pari), reptil, burung, dan mamalia bertelur (platipus dan echidna). Mamalia lainnya (hewan yang tidak bertelur) memiliki sistem yang berbeda. Mereka memiliki plasenta, yang merupakan semacam kantong makanan yang menghubungkan induk dan embrio di dalam tubuh induk. Sistem ini memungkinkan embrio atau janin yang sedang berkembang mendapatkan nutrisi langsung dari induknya.
(Sumber: Fitriyah Andini_Universitas Diponegoro, theconversation.com)