Jukir Liar Getok Tarif Parkir di Bandung Ditangkap
Plt Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung, Asep Koswara menanggapi soal oknum tukang parkir liar yang memberlakukan tarif parkir harga tinggi (getok tarif parkir) hingga Rp 150.000 di Kawasan Wisata Bandung Zoo.
Asep menyebut, pihaknya langsung berkoordinasi dengan aparat keamanan setelah mendapat laporan tersebut. Ia pun menyebut saat ini oknum dari juru parkir tersebut sudah diamankan.
“Benar ada dan kami sudah koordinasi dengan jajaran kepolisian dan mereka yang tidak bertanggung jawab itu jukir liarnya udah ditangkap sama Polsek Coblong dan diserahkan ke Saber pungli Kota Bandung,” kata Asep, Senin (30/12/024)
Saat disinggung soal hukum yang akan diberikan pada oknum tersebut, dirinya tidak bisa menjelaskan secara detail. Sebab hal tersebut bukan kewenangan dari pihaknya.
“Kalau untuk pelanggarannya ya jelas pungli, tapi untuk pasalnya itu kewenangan ada di kepolisian, salah satunya adalah mengenai pungutan liar,” bebernya.
Tak hanya itu, Asep menjelaskan, rombongan Bus Pariwisata itu parkirannya di ganesha. Bukan di beberapa titik di kawasan Wisata Bandung Zoo sudah di pasang safety line.
“Kronologinya ada bus mau parkir, parkirannya di ganesa, bukan tempat parkir yang sudah di safety line, diminta ama orang-orang yang tidak bertanggung jawab diminta 150.000 dan kwitansinya ada,” tandasnya.
Sebelumnya, rombongan wisatawan asal Jakarta menjadi korban oknum tukang parkir liar yang memberlakukan tarif parkir harga tinggi (getok tarif parkir) hingga Rp 150.000 di Kawasan Wisata Bandung Zoo, Minggu (29/12).
RA 32 tahun, selaku supir bus yang membawa rombongan dan menyaksikan kejadian tersebut mengatakan, tarif parkir yang dikenakan saat itu mencapai Rp 150.000.
“150 ribu, bilang 150 ribu tuh ke tamu. Tamunya sempet bilang ‘kok mahal banget?’ ujar RA saat ditemui di pull PO bus di Kawasan Buah Batu, Minggu (29/12) kemarin.
Menurutnya, tarif parkir yang diberikan oleh oknum dianggap tidak wajar. Hal itu dikarenakan harga tersebut dianggap terlalu tinggi dari harga biasanya, terlebih kejadian tersebut menimpa rombongan wisatawan dari luar daerah.
“Ya yang etis-etis aja lah kalo masalah parkir untuk wisata gitu. Gak ada komplain sih dari pihak rombongan ke PO, cuman tadi pas mau bayar kok mahal banget katanya (pihak rombongan) gitu ke pihak oknum. Bilangnya sih orang putra daerah,” ungkap RA.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, saat rombongan turun, oknum tersebut langsung menarif harga parkir sebesar Rp 150.000. Setelah pihak rombongan membayar parkir dan diberi kwitansi, oknum tersebut langsung mengarahkan bus untuk parkir. Namun alih-alih diarahkan ke gerbang dua, ia malah diarahkan untuk parkir di depan Kampus ITB.
“Kebetulan memang parkir tadi dibebankan ke rombongan. Akhirnya kan tamu mau tidak mau, penumpang udah turun, bawa anak kecil masa iya mau naik lagi akhirnya dibayar sama tamunya,” sambung RA.
“Nah pas begitu dibayar si tukang parkirnya naik Ke bus saya. Terus diarahkan parkir putar lah ke Dayang Sumbi taunya parkirnya di depan ITB . Padahal itu ada plang dilarang parkir di depan ITB, sama orang itu diangkat, akhirnya parkir di situ,” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan, harga tersebut dianggap tidak sepadan dengan pelayanan dan lokasi parkir yang diberikan. Menurutnya, lokasi parkir yang diberikan dianggap tidak nyaman dan terlalu berisiko bagi kendaraan dan lalu lintas.
“Kaya di alun-alun oke kita bayar Rp 60.000 tapi dikasih tempat yang nyaman lah, parkir bus aman, nyaman gak ada lalu-lalang kendaraan. Kalo di pinggir jalan kan risikonya bus, dari Dishub atau ada kecelakaan di pinggir jalan kan kena kita,” pungkasnya.(*)