Goresan Hati Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Senin, Desember 02, 2024
Guru, jika kita ucapkan terlintas sosok yang mengagumkan, bijaksana, bersahaja. Karena Guru kita bisa tahu apa itu Abjad, dari beliau kita tahu apa itu angka, dari beliau kita yang tadinya tidak bisa menulis bahkan pegang pensil pun kesulitan perlahan-lahan dapat menulis.
Dari yang tadinya tidak kenal huruf, perlahan-lahan akhirnya pandai membaca. Maasyaallah.
Menginjak SMP dan SMA, kita melihat sosok lain dari seorang Guru. Sosok yang tegas, bijaksana, berwawasan, berilmu, dan lemah lembut.
Sosok itu mengajarkan kami dengan penuh kesabaran dan dedikasi, dan terkadang jika saat kami lalai dan nakal sosok tegasnya muncul.
Jika kita kebingungan, pusing dalam hal belum mengerti dan paham, sosok yang penuh wawasan dan berilmu pun muncul. Jika kita mulai malas, sosok lemah lembutnya muncul dan menyemangati kami layaknya orang tua dan teman.
Guru pun, mengenalkan kita huruf Hijaiyyah. Mengenal baca tulis Al Qur'an. Beliau adalah Guru mengaji yang sering disebut Ustdz/Ustadzah.
Kini aku pun menjadi seorang Guru. Sedikit banyaknya Aku pun dapat merasakan bagaimana rasanya mengajar berbagai macam anak yang berbeda wataknya, berbeda karakternya.
Dan bagaimana sosok tegas, kasih sayang dan lemah lembut itu bisa muncul hadir dalam diri, semata-mata demi anak murid kami.
Sosok yang harus selalu menyemangati anak muridnya yang mungkin terlihat sudah lelah dalam menulis dan mengerjakan tugas. Dan kini aku pun tahu bahagianya menjadi Guru.
Bahagia melihat anak-anak didik kami sudah pandai menulis dan membaca. Bahagia bisa mendampingi anak-anak didik kami menyebrang jembatan ilmu.
Bahagia melihat anak-anak didik kami saat kami bertemu dan berpapasan dengan mereka, mereka menyapa kami, memberi salam, mencium tangan kami dan memanggil kami, Guru.
Sebagai bentuk kehormatan akan jasanya negara dalam hal ini kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI menyelenggarakan puncak peringatan Hari Guru Nasional 2024 di Jakarta International Velodrome, Jakarta, pada Kamis (28/11).
Perayaan ini dihadiri oleh Presiden Prabowo Subianto, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, dan sejumlah jajaran menteri dalam Kabinet Merah Putih.
Dalam puncak peringatan Hari Guru Nasional 2024 di Jakarta International Velodrome, Jakarta, pada Kamis (28/11), Presiden Prabowo Subianto menyampaikan apresiasi dan semangat kepada para guru di seluruh wilayah Indonesia dan mengatakan bahwa “guru adalah kunci untuk kebangkitan dan tonggak bagi berdirinya sebuah negara. Negara hanya bisa makmur ketika pendidikannya berhasil".
Serta Pemberian Anugerah Guru Hebat Indonesia bagi guru inspiratif yaitu Melan Ahmad, Guru Inspiratif yang dikenal sebagai Mbah Guru Matematika. Mbah Melan adalah pensiunan guru yang masih memiliki semangat tinggi untuk aktif mengajar matematika, dengan memanfaatkan media sosial.
Dan Kuswanto, Guru SD Negeri Kayumpia Sigi, Sulawesi Tengah. Kuswanto adalah guru yang bertugas di wilayah 3T dan berjasa mendirikan Gubug Baca untuk anak-anak yang tidak bersekolah karena membantu orang tua mereka berkebun. gtk.kemdikbud.go.id/siaran-pers/hari-guru-nasional-2024-peran-besar-guru-mewujudkan-indonesia-emas
Selain perayaan tersebut, sekarang mulai banyak orang tua yang peduli akan guru anak-anaknya. Dari mulai ucapan selamat baik via lisan langsung maupun via medsos. Bahkan tak sedikit memberi kejutan kepada Guru di hari Guru Nasional 25 November 2024 kemarin.
Tapi semua itu harusnya menjadi pemerhatian pemerintah. Bukan hanya apresiasi, ucapan dan hadiah disaat moment hari guru saja tapi juga harus lebih memerhatikan kesejahteraan Guru.
Orang tua saja dapat menunjukkan perhatiannya, apalagi pemerintah yang harusnya lebih giat lagi dalam berusaha mensejahterakan seorang Guru.
Begitu banyak yang sudah Guru berikan untuk anak-anak Bangsa, bahkan seperti Kuswanto yang mendirikan gubuk baca demi anak-anak Bangsa dapat terus belajar yang harusnya itu menjadi tanggungjawab pemerintah sendiri.
Kenapa ini terjadi? Karena sistem kapitalis yang pemerintah pakai membuat kesinambungan dimana-mana. Dari mulai belum adanya pemerataan pendidikan, apalagi daerah pelosok yang minim pendidikan, bangunan sekolah yang masih jarang bahkan kadang terdapati bangunan yang tak layak pakai. Tenaga pendidik yang kurang serta pemenuhan fasilitas-fasilitas dalam mengajar.
Tak ayal terkadang Guru itu sendiri yang mengeluarkan biaya demi memenuhi fasilitas pembelajaran yang pada hal mereka sendiri pun hanya mendapat honor yang tak seberapa.
Bagaimana pemerintah bisa membenahi ini?
Dalam Sistem Islam, Asas dari pendidikannya adalah akidah Islam. Tujuan pendidikan Islam adalah untuk membangun kepribadian Islam serta penguasaan ilmu kehidupan bagi peserta didik.
Pendidikan Islam akan menghasilkan output peserta didik yang kukuh keimanannya dan mendalam pemikiran Islamnya. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan ini disusunlah satu kurikulum pendidikan formal yang berlandaskan akidah Islam.
Sistem pendidikan Islam sudah terbukti efektif menghasilkan kegemilangan peradaban. Pada era kejayaan Islam, guru diposisikan sebagai pihak yang berjasa memberikan kemaslahatan bagi umat.
Negara memberikan jaminan kesejahteraan dan penghargaan yang besar baik berupa gaji, tunjangan, maupun hadiah.
JW Draper dalam History of the Conflict menyebutkan bahwa seorang profesor di bidang hukum yang mengajar di Madrasah Nizhamiyah menerima gaji sebesar 40 dinar. Dan Gaji ini tentu saja di luar jaminan kesehatan dan pendidikan yang diberikan oleh negara bagi seluruh warga negara.
Pada era Khalifah Umar bin Khattab, guru mendapatkan gaji sebesar 15 dinar, 1 dinar sama dengan 4,25 gram emas. Tentu bukan harga yang sedikit jika dikonversikan ke nilai rupiah saat ini.
Hal ini dari segi gaji, sedangkan untuk kebutuhan pokok yang lain sudah dipastikan terpenuhi, sebab dalam Islam kebutuhan pokok seluruh rakyat telah dijamin oleh negara.
Inilah mengapa kesejahteraan guru dalam Islam dapat terwujud. Islam memandang bahwa ilmu adalah cahaya yang membebaskan manusia dari gelapnya kebodohan, dan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.
Dan guru adalah seorang pahlawan, maka wajib bagi kita untuk memuliakan guru.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (HR. Ahmad).
Wallahu'alam.
Oleh: Nurpiani, S. Kom (Pengajar di Karawang)