Menikah Modal Cinta, Yakin Bisa?
Selasa, November 19, 2024
Pernikahan menjadi gerbang dua insan berkomitmen dan mengarungi kehidupan bersama. Pernikahan menyatukan laki-laki dan perempuan dengan karakter, kebiasaan, latar belakang dan pola asuh yang berbeda.
Pernikahan mengikat dua manusia dengan satu ikatan yang memberikan batasan bagi keduanya hanya boleh menikmati yang sudah halal di dalamnya.
Ikrar qobul lelaki, sesaat setelah ijab yang diucapkan oleh wali wanita yang dinikahinya mampu menggetarkan arasy Sang Pencipta. Maka benarlah yang tertuang dalam Al-quran, Allah menyebut ikatan pernikahan dengan sebutan mitsaqon gholidzo (ikatan yang kuat).
"Kami tidak melihat (cinta sejati) bagi dua orang yang saling mencintai seperti dalam pernikahan." (HR. Ibnu Majah)
Ustaz Didik Purwodarsono, Pimpinan Pondok Pesantrem Taqwinul Mubalighin, Yogyakarta, menyampaikan sebuah nasihat pernikahan. Ia mengatakan "Pernikahan itu seperti gunung. Dari kejauhan, ia tampak indah dengan panorama ‘lautan hijau’ yang melambai-lambai. Kesejukan udaranya mulai terasa ketika telah berada di dekatnya. Hasrat hati ingin sekali segera mendaki dan singgah untuk beberapa lama. Ketika diri telah sampai, pemandangan indah itu kini menjadi beraneka. Ternyata, ada banyak tebing curam yang mengerikan dan tidak terbayang sebelumnya, ada binatang buas yang selalu mengintai dan siap memangsa tubuh ini, bahkan melihat jurang dan jalan setapak yang mengelilinginya, terkadang membuat hati jadi urung untuk terus menikmati keindahan gunung itu. Ketika duduk beristirahat, kedua mata ini sepintas melihat air terjun yang jatuh seperti sedang bunuh diri.
Foto ilustrasi |
Apa yang disampaikan Ustaz Didik Purwodarsono begitu relevan dengan kondisi sebenarnya sebuah pernikahan. Satu sisi pernikahan menyiapkan tantangan bagi siapa saja yang memutuskan menjalaninya. Sisi lainnya pernikahan adalah syariat yang ditetapkan agar manusia tidak binasa dan boleh mereguk kenikmatan dengan cara yang benar. Hanya manusia yang meneguhkan hatinya pada ketakwaan yang mampu melewati dan menyelesaikan episode pernikahan hingga terpisahkan oleh takdir.
Namun, kini pernikahan dan berbagai tantangan di dalamnya banyak menjadi trust issue atau momok mengerikan bagi semua kalangan, khusunya para lajang. Trust issues berupa perselingkuhan, KDRT, perselisihan mertua-menantu, pernikahan berujung perceraian sebab finansial begitu lumrah disajikan di media sosial. Hingga muncul ungkapan marriage is scary. Tentu saja scary jika tidak dilandaskan pada asas yang kokoh, yaitu keimanan.
Kita bisa menyaksikan faktanya berapa banyak ikatan pernikahan retak karena suami atau istri tidak saling menjaga, kasus perceraian semakin marak terjadi.
Sejak tahun 2020 hingga 2023 di Kabupaten Karawang terhitung 8.600 kasus perceraian. Bagaimana di tahun 2024? Ternyata dari bulan Januari hingga Juni saja, terdapat 2.600 berkas permohonan perceraian masuk ke Pengadilan Agama (PA) Karawang. Mirisnya keretakan rumah tangga ini dipicu persoalan ekonomi, terutama judi online.
Penggugat sebagian besar adalah pihak istri karena merasa sudah tidak tahan dengan perilaku pasangan yang sudah kadung kecanduan judi online. Kasus perceraian yang terjadi sebagian besar dialami oleh pasangan usia muda (radarkarawang.com).
Tidak segan pula, biasanya mereka akan memamerkan akta cerai di akun sosial medianya, sebagai wujud sukacita terbebas dari "belenggu" pernikahan. Miris. Aib-aib rumah tangga tak pelak menjadi makanan publik. Semua itu meruntuhkan keagungan ikatan pernikahan.
Atas dasar inilah, untuk merawat pernikahan wajib meneladani pernikahan Rasulullah. Manusia terbaik yang menyampaikan cara berkehidupan yang baik dan benar.
Rasulullah mengatakan pernikahan itu refleksi dari sebuah cinta sejati. Sehingga ada beberapa hal yang harus diupayakan untuk memperoleh cinta sejati tersebut. Jauh sebelum mencari calon pasangan, tetapkan kriteria seperti apa yang dibutuhkan, perhatikan bibit bebet bobotnya. Tapi, dari sekian kriteria, Rasulullah menekankan bahwa kriteria yang baik agamanya adalah hal utama. Selebihnya bonus.
Kemudian, saling berkasih sayang baik dengan istri atau anak-anak. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda:
"Yang terbaik di antara kalian adalah orang yang paling baik perlakuannya kepada keluarganya. Aku adalah yang terbaik di antara kalian dalam memperlakukan keluargaku." (H.R At-tirmidzi).
Meskipun berasal dari keluarga dan pola asuh yang berbeda, namun mengekspresikan kasih sayang terhadap keluarga harus diperlihatkan atau disampaikan dan itu bisa diupayakan. Hal ini agar keluarga menyecap hangatnya sebuah keharmonisan.
Catatan pentingnya adalah menyayangi keluarga bisa dengan cara apapun selama tidak keluar batas syariat. Bahasa cinta bisa dilakukan dengan words affirmation (verbal), act of service (perilaku), receiving gifts (memberi hadiah), quality time (bercengkrama), dan physical touch (sentuhan).
Sebagaimana Rasulullah adalah suami yang tak segan membantu pekerjaan rumah. Rasulullah adalah ayah/kakek yang tak segan mencium dan memeluk anak/cucu. Rasulullah mengekspresikan cinta dan kasih sayangnya pada keluarga tanpa ragu tanpa canggung.
Pamungkas, pernikahan harus didasarkan keimanan, agar dalam membina rumah tangga selalu mengedepankan ketakwaan pada Sang Pencipta semata, serta niat beribadah dan mencari ridho Allah. Landasan keimanan dalam pernikahan akan mendorong seorang lelaki untuk menjaga dirinya dan keluarganya agar tidak terjerumus pada kemaksiatan. Sebagaimana yang Allah perintahkan
"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (TQS. At-Tahrim: 6)
Satu pepatah mengatakan "lebih baik terlambat tapi dengan orang yang tepat, karena ini ibadah terlama". Ini benar adanya, minta dan mohon pada Allah untuk memilihkan orang yang bertakwa sebagai pendamping hidup. Meskipun boleh-boleh saja pernikahan bermodal cinta, namun utamakan rasionalitas dan keimanan. Witing tresno jalaran soko kulino insyaa Allah.
Wallahu'alam
Penulis : Tati Sunarti, S.S