Produksi Beras Indonesia Naik di Tengah El Nino
Proyeksi peningkatan produksi beras dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menjadi perhatian penting dalam rapat pengendalian inflasi, Senin (19/8/2024). Hal ini mengejutkan banyak pihak karena terjadi di tengah kondisi El Niño yang masih berlangsung.
Pengamat ekonomi pertanian IPB, Prof. M. Firdaus, menyebut peningkatan produksi beras ini sebagai berkah luar biasa. Apalagi, data lima tahun terakhir menunjukkan produksi pada periode Agustus-Oktober cenderung stabil dan baik.
Firdaus menilai keberhasilan ini dipengaruhi oleh program pompanisasi dan pengembalian alokasi pupuk bersubsidi yang mencapai 9,55 juta ton. Realokasi anggaran di Kementerian Pertanian untuk pengadaan pompa air juga berdampak signifikan.
"Saat ini, Kementerian Pertanian telah mendistribusikan 36.525 unit pompa air ke seluruh Indonesia, khususnya daerah sentra pertanian. Ini membuat produksi beras melonjak, bahkan lebih tinggi dibandingkan 10 tahun terakhir," ucapnya dalam rilis resmi yang diterima RRI, Sabtu (24/5/2024).
Proyeksi BPS menunjukkan kenaikan produksi beras pada Agustus 2024 sebesar 2,84 juta ton, September 2,87 juta ton, dan Oktober 2,59 juta ton. Angka ini lebih tinggi dibandingkan produksi pada bulan yang sama tahun 2023, dengan selisih lebih dari 300.000 ton setiap bulan.
Prof. Firdaus optimis dengan 63 ribu pompa air yang mampu mengairi 1,1 juta hektar lahan, produksi beras nasional bisa surplus. Ia bahkan berharap Indonesia bisa kembali swasembada beras tahun depan.
Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa peningkatan luas panen dan produktivitas juga berperan penting dalam kenaikan produksi. Pada Agustus 2024, produksi padi diprediksi mencapai 4,62 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 2,84 juta ton beras.
"Pompanisasi menjadi solusi bagi lahan tadah hujan untuk bisa ditanami lebih dari sekali dalam setahun. Irigasi yang cukup, didukung pemupukan tepat, menjadi kunci keberhasilan peningkatan produksi ini," tambah Firdaus.