Pemerintah Kembali Operasi Pasar Murah, BPS Sebut Beras Penyumbang Utama Inflasi Februari 2024, Satgas Pangan Selidiki Mahalnya
Sedikitnya 2 ton beras serta daging dan telur ayam di turunkan dala program operasi pasar dan sembako murah di Pasar Cigombong, Sabtu (2/3/2024).
Operasi pasar murah tersebut kerjasama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor bekerjasama dengan Kamar Dagang Indonesia (Kadin) dan PD Pasar Tohaga
Pj. Bupati Bogor, Asmawa Tosepu mengatakan, operasi pasar dilakukan sebagai upaya Pemkab Bogor mengendalikan inflasi dan menekan harga kebutuhan pokok.
"Hari ini alhamdulillah bersama stakeholder terkait dalam rangka pengendalian inflasi di Kabupaten Bogor hadir bersama kami Forkopimda didampingi Kepala Bulog Bogor, Ketua Kadin dan jajaran Dirut Pasar Tohaga melaksanakan operasi pasar khususnya beras karena dalam rangka pengendalian harga terutama di tingkat masyarakat," jelas Asmawa Tosepu.
Produk yang di jual antara lebih murah dari harga pasar saat ini. Beras 5 kg yang biasa dijual di supermarket atau pasar tradisional Rp.76-80 ribu, pada operasi pasar dengan kualitas premium di jual Rp.53 ribu.
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi secara tahunan (year-on-year) pada Februari 2024 mencapai 2,75 persen. Harga beras yang mahal disebut sebagai penyumbang utama inflasi tersebut.
Demikian disampaikan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, pada perbincangan dengan RRI Pro 3, Minggu (3/3/2024). ”Inflasi beras pada Februari 2024 ini merupakan yang terbesar sejak September 2023,' ujarnya.
Pada Februari 2024, komoditas beras mengalami inflasi mencapai 5,32 persen dengan andil 0,21 persen pada inflasi nasional. Jika dikaji secara bulanan (month-to-month) pada bulan yang sama, hampir sebanyak 150 kabupaten/kota mengalami inflasi beras.
Menurut Pudji, inflasi beras tertinggi terjadi di kota Serang yang mencapai 22,7 persen secara bulanan per Februari 2024. Kemudian diikuti Merauke (15,82 persen), Pandeglang (14,17 persen), Toli-Toli (11,93 persen) dan Luwu Timur (11,54 persen).
Selain itu, enam kabupaten/kota mengalami deflasi beras secara bulanan pada Februari 2024. Deflasi paling rendah terjadi di Kabupaten Muara Enim yaitu minus 5,35 persen.
Kemudian Kabupaten Kerinci (minus 4,63 persen), Maluku Tengah (minus 0,82 persen), dan Kota Tual (minus 0,36 persen). Selanjutnya Kabupaten Deli Serdang (minus 0,18 persen) dan Kabupaten Kota Baru di Kalimantan Selatan (minus 0,12 persen).
Sebagai bahan informasi lain, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menggandeng Satgas Pangan untuk menyelidiki potensi praktik persaingan usaha tidak sehat. Hal ini lantaran, praktik persaingan usaha tidak sehat ini diduga menjadi penyebab mahalnya harga beras di pasaran.
“Itu dilakukan dalam rangka sharing informasi sehingga proses-proses penegakan hukum atau hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas bisa di lakukan. Kurang lebih seperti itu hasil dari monitoring awal kita terkait dengan beras,” kata Anggota KPPU Gopprera Pangabean, Minggu (3/3/2024).
Gopprera menjelaskan, meningkatnya harga beras karena ketersediaan pasokan yang minim. Hal itu berdasarkan pengawasan yang dilakukan pada Januari hingga Februari 2024.
“Itu dari informasi yang kita peroleh. Sebagaimana beberapa informasi yang juga disampaikan oleh instansi terkait,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga memverifikasi mengenai fungsi lahan menjadi penyebab terjadinya penurunan produksi di beras. Kemudian, masalah anomali iklim mengakibatkan terjadinya perubahan pola tanam.
“ Ya, ada masa panen sehingga bergeser. Ini juga diduga untuk terjadi kekurangan pasokan,” katanya.
Tak hanya itu, ia menyoroti masalah distribusi yang menjai penyebab naiknya harga beras. Hal itu karena, beberapa produsen beras mempunyai kelebihan produksi beras seperti, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Pulau Jawa secara keseluruhan, dan Sulawesi Selatan.
“Apakah lancar dan tepat secara pendistribusiannya, sehingga kalau ini memang diduga kurang lancar mengakibatkan adanya kurangan bisa jadi di beberapa wilayah,” katanya.
Ia mengatakan, berdasarkan data neraca pangan itu ketersediaan beras di awal Januari 2024 sebanyak 7,27 juta ton. Sedangkan, kebutuhan nasional itu kurang lebih 2,6 juta ton.
“Dengan kondisi ini, sebenarnya sampai Februari atau sampai pertengahan Maret kebutuhan yang sebulan 2,6 juta ton masih bisa tercukupi. Dengan stok awal yang dari over dari tahun 2023 stok beras yang sekadar 7,2 juta ton,”ujarnya. (*)