Apakah Telat haid 1 Bulan Pertanda Hamil? Ini Jawabannya
Sabtu, Februari 24, 2024
Siklus haid normalnya terjadi setiap 21–35 hari sekali dengan periode haid 2–7 hari. Jika siklus haid melebihi waktu tersebut, seorang wanita memiliki kemungkinan untuk hamil jika selama periode itu pernah melakukan hubungan seksual.(24/2/24).
Namun, untuk mengetahui jawaban pasti mengenai telat haid 1 bulan apakah hamil atau tidak, tentu harus dilakukan pemeriksaan. Alasannya, belum tentu telat haid menandakan kehamilan karena beberapa kondisi juga mungkin untuk menyebabkan haid tertunda.
Dilansir dari berbagai sumber, selain tanda kehamilan karena telat 1 bulan, sederet hal ini juga bisa disebabkan oleh kondisi lain, sebagai berikut:
1. Stres
Stres kronis yang tidak tertangani dengan baik bisa menyebabkan telat haid 1 bulan. Stres bisa membuat fungsi dari kelenjar hipotalamus di otak terganggu, sehingga berefek terhadap siklus menstruasi Anda.
2. Berat badan kurang
Berat badan kurang dapat menyebabkan haid tertunda bahkan berhenti. Hal ini terjadi karena tubuh memerlukan cadangan lemak yang cukup untuk berovulasi.
3. Obesitas
Saat menderita obesitas, tubuh akan memproduksi hormon estrogen secara berlebih. Hasilnya, siklus menstruasi dapat terganggu dan Anda mungkin untuk mengalami telat haid 1 bulan, bahkan tidak haid sama sekali.
4. Olahraga berat
Olahraga memang dapat mengurangi kadar lemak dalam tubuh. Namun, bila dilakukan secara ekstrim atau dalam intensitas yang tinggi, tubuh dapat mengalami stres sehingga membuat siklus haid menjadi tidak teratur.
5. Sindrom polikistik ovarium (PCOS)
PCOS menyebabkan tubuh memproduksi hormon androgen secara berlebih. Hal ini dapat berdampak terhadap siklus haid. Siklus haid bisa menjadi tidak teratur, tertunda, atau bahkan tidak haid sama sekali.
6. Efek samping obat tertentu
Konsumsi obat-obatan tertentu bisa membuat menstruasi menjadi tertunda. Oleh karena itu, coba cek kembali obat yang sedang dikonsumsi. Beberapa obat yang bisa menyebabkan haid tertunda antara lain adalah antidepresan, obat epilepsi, aspirin, dan obat antiinflamasi nonsteroid (OINS).(*)