Breaking News
---

90 Persen Bahan Baku Parfum Dunia Berasal dari Indonesia

Sebanyak 90 persen bahan baku parfum dunia berasal dari Indonesia. Fakta ini membuat Indonesia berpotensi besar menjadi pusat industri parfum dunia.(14/8/23).
Foto ilustrasi

Di Aceh misalnya, sejak masa Hindia Belanda, minyak nilam atau atsiri dari provinsi paling barat Indonesia ini telah menjadi rebutan di pasar kosmetik dunia. Meski tahun 1990-an permainan harga membuat petani kehilangan semangat. Namun, kini nilam Aceh justru hadir dalam bentuk lebih berkelas, yakni parfum, perawat kulit, hingga pengharum ruangan.

Para peneliti dari Atsiri Research Center (ARC) Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUIPT) Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, berada di balik keberhasilan transformasi industri nilam Aceh. ARC berhasil memupuk semangat bagi petani untuk kembali menanam nilam, menjaga kestabilan harga minyak nilam, hingga melahirkan banyak produk turunan berbahan baku nilam.
 
Tidak tanggung-tanggung, sejak 2019 hingga kini ARC telah melahirkan lebih dari 20 jenis produk di antaranya parfum, perawat kulit, sabun, cairan cuci tangan, hingga pengharum ruangan.
 
Inovac saat ini mengelola rumah produksi nilam dan produk turunannya di Universitas Syiah Kuala. Mereka membeli nilam petani dengan harga yang pantas dan mengembangkannya menjadi berbagai produk bernilai ekonomi tinggi.

Minyak nilam Aceh diketahui banyak diminati pasar internasional karena aromanya yang khas, kandungan patchouli alkohol (PA) tinggi dan bilangan asamnya yang rendah.

Namun meski memiliki kualitas tinggi, hal tersebut tidak selalu berbanding lurus dengan harga jual tinggi. Bahkan akibat ulah mafia dagang mempermainkan harga, sering kali membuat petani terpukul dan hilang semangat. 
 
Seperti yang dialami oleh Abdul Rani, salah seorang petani nilam asal kabupaten nagan raya, yang mengeluhkan bila harga nilam murah. Jangankan berharap untung, untuk biaya perawatan dan upah pekerja saja tidak cukup.  

Namun setelah mendapatkan pendampingan dari tim ARC dan Inovac, Abdul Rani optimis era kejayaan nilam kembali datang.

Kehadiran ARC dan Inovac Universitas Syiah Kuala membawa harapan baru bagi petani dan industri nilam Aceh. ARC melakukan sejumlah riset, pendampingan, intervensi untuk menstabilkan harga, dan melahirkan produk turunan nilam.

ARC melakukan riset dari hulu ke hilir. Riset di hulu melingkupi melahirkan benih unggul, pola tanam, dan perawatan. Sementara riset di hilir untuk melahirkan minyak atsiri berkualitas tinggi dan melahirkan produk turunan.

Saat ini, semakin banyak petani yang menanam nilam. Produksi nilam aceh telah meningkat menjadi 350 ton pada 2022, padahal pada 2017 produksi hanya 150 ton.

Kenaikan produksi nilam aceh mengokohkan Indonesia sebagai pemasok minyak nilam terbesar di dunia, mencapai 90 persen. Sementara di skala nasional, Aceh salah satu provinsi penghasil nilam terbesar.

Dengan pendekatan inovasi, riset dan teknologi, industri nilam Aceh diyakini mampu menggeliatkan perekonomian daerah dan negara, yang akhirnya bermuara pada kesejahteraan masyarakat.(.)
Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan