Breaking News
---

Membuka Tabir Peristiwa 30 September 1965 "Jangan Ada Dusta di Antara Kita"

Karawang,PeKa-.Di penghujung September 49 tahun silam, tepatnya 30 September 1965 terjadi sebuah peristiwa yang akhirnya mengubah perjalanan sejarah Bangsa Indonesia sampai ke masa repormasi. yang kerap kali di plesetkan dengan jaman repot nasi.(30/09/2014).
Sarkom 
Peristiwa 30 September 1965 silam itu dikenal dengan G30S sampai saat ini seakan masih tetap menyisakan tabir gelap dan misteri yang berkepanjangan.Tanpa bermaksud menguak luka lama mendatangi seorang pelaku sejarah yang menjadi korban dari peristiwa tersebut, sebut saja namanya  Sarkom seorang kakek berusia sekitar 67 tahun.

Kesehariannya beliau, kini diisi dengan bertani di Sawah pirbadi miliknya, yang luasnya hanya satu hektar saja. Tepat, terletak di belakang kediamanya.

Dengan ramah beliau mempersilahkan Tim PeKa untuk duduk diteras rumahnya, yang berbentuk panggung dan beralaskan papan. Sambil ditemani secangkir kopi panas disiang yang cukup terik tersebut.

Tim PeKa medatangnyai bermaksud ingin bertemu beliau dan bertanya sekitar pengalamannya jelang peristiwa G30S tersebut.Sarkom  di kenal  salah satu anggota dari Pemuda Rakyat yang ikut aktif mengikuti latihan perang di Lubang Buaya dalam rangka konfrontasi dengan Malaysia pada waktu itu.

Dengan pandangan mata yang terlihat renta, Ia menjelaskan sebenarnya yang terjadi pada waktu itu, sebenarnya Sarkom sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dengan apa yang sedang berlangsung di Jakarta.Walau pada akhirnya Sarkom  dan beberapa kawan serta keluarganya ikut menjadi imbas dari pertarungan politik pada zaman peralihan tersebut.

"Saya sebagai anggota Pemuda Rakyat pada waktu itu diperintahkan oleh pimpinan untuk mengikuti latihan perang di Lubang Buaya untuk menjalankan perintah dari Bung Karno untuk menghadapi konfrontasi dengan Malaysia bukan atas perintah Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam rangka mempersiapkan pemberontakan, seperti yang selama ini ramai dibicarakan orang,dan kalau pun peristiwa itu adalah di dalangi oleh PKI.Kenapa perintah yang keluar dari pimpinan kami waktu itu adalah diam di tempat dan jangan melakukan apapun diluar perintah partai karena ini bukan pekerjaan kita,"jelas Sarkom.

Lantas apa harapan terbesar yang ingin bapak sampaikan pada Pemerintah baru saat ini ?. Dengan sedikit tersenyum beliau hanya berharap bahwa pemerintah itu harus jujur dalam menyikapi peristiwa 65 "Jangan ada dusta di antara kita".

Karena rekonsoliasi yang selama ini di wacanakan oleh negara tidak akan pernah terwujud tanpa adanya persamaan hak diantara semua korban.

"Pada akhirnya kita bisa menarik pelajaran yang sangat berharga dari peristiwa 65 bahwa peristiwa tersebut adalah lembar hitam dalam sejarah perjalanan panjang bangsa ini dan tidak dapat dipungkiri keberadaan nya, sudah cukup jutaan rakyat menjadi tumbal yang mati sia - sia dan di penjara tanpa proses pengadilan,"tegasnya.

Apapun itu lanjut dia merupakan sebuah bentuk pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) berat dan negara wajib mengusut sampai tuntas.

"Seperti diketahui bersama bahwa Komnas HAM sudah mengeluarkan pernyataan bahwa tragedi 65 merupakan sebuah pelanggaran HAM berat dan negara harus bertanggung jawab dalam penyelesaiannya. Yang menjadi pertanyaan besarnya adalah kemauan negara dalam proses penyelesaian semuanya, tanpa ada yang merasa disalahkan. Karena sejatinya kesalahan itu terletak di pundak negara,"terangnya.

Tak lupa Sarkom juga menaruh pengharapan besar kepada pemerintahan baru, untuk mengusut tuntas pelanggran HAM pada masa lalu dibawah rezim otoriter Orde Baru (Orba).

"Semaoga Pemerintahan yang akan terbentuk nanti mampu menyelesaikan segala persoalan pelanggaran HAM yang pernah terjadi dimasa lalu dan tidak terulang di masa depan,"tukasnya.#hlt.
Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan