Perjalanan Seorang Caleg di Jawa Barat
Sabtu, Februari 01, 2014
KARAWANG-PK.Sejak mahasiswa saya sudah menjadi aktivis. Saat menjabat Ketua Senat Mahasiswa UNPAR, 1991-1992, bersama ketua Senat Universitas beberapa PT se Jawa Barat, kami menuntut penggunaan istilah Pemilu JURDIL (JUJUR ADIL) untuk menambahkan istilah Pemilu LUBER (Langsung Umum Bebas Rahasia) versi Rejim Soeharto saat itu.
M.GDE SIRIANA YUSUF |
Jiwa saya memang jiwanya pemberontak terhadap sistem yang tidak mewujudkan keadilan. Era itu memang banyak tokoh mahasiswa Bandung yang ditangkap, seperti Bung Fadjroel Rahman, Syahganda, Ammar, Ucok, Jumhur Hidayat dan juga bung Pius Lustrilanang kawan saya selama membangun kesadaran untuk menjadi mahasiswa yang kritis dan peduli terhadap nasib bangsa dan negara.
Sebelum lulus skripsi, saya sudah bekerja di sebuah bank swasta nasional terbesar saat itu melalui jalur Management Development Program, jalur yang sangat bergengsi dan sangat sulit ditembus saat itu. Sambil bekerja saya tetap bertemu dengan sesama teman aktivis kuliah dulu untuk membagi pemahaman atas situasi politik saat itu yang kian memburuk. Ketika tuntutan Reformasi kian kuat, Beberapa kelompok diskusi ini dibentuk dengan nama : SPUR (Solidaritas Profesional Untuk Reformasi) dan GSJ (Gerakan Sarjana Jakarta) yang kebanyakan dimotori oleh Sarjana ITB, UI dan Unpar. Selain membantu logistik mahasiswa seperti FORKOT dan FKSMJ, kami juga melakukan aksi kaum profesional di bundaran HI dan depan Gedung Bursa Efek Jakarta (sekarang BEI) tepat 2 hari sebelum Soeharto lengser. Aksi di depan BEJ itu merontokkan harga-harga saham dan nilai tukar rupiah yang membuat Rejim Soeharto tidak lagi kuat bertahan.
Setelah reformasi bergulir, saya merasa ingin meninggalkan dunia aktivis saya. Ingin menjadi seorang laki-laki biasa, seorang suami dan ayah seorang anak saat itu. Jadi setelah punya anak 1 pun saya masih berdemonstrasi hehe... Saya juga tidak masuk ke Parpol. Bagi saya musuh bersama saat itu, Rejim Orde Baru telah runtuh. Saya pikir tugas saya selesai, biarlah reformasi menjadi tugas generasi sesudah saya, dan biarlah generasi saya yang lain membenahi sistem melalui partai baru mereka.
Saya pun fokus menjadi profesional, bekerja di beberapa perusahaan asing dan swasta nasional, seperti Novartis Nutrition Singapore dan Indofood, serta perusahaan distributor farmasi terkemuka. Saya pun mendalami ilmu komunikasi saat bekerja di perusahaan advertising nasional yang cukup besar. Sementara, anak ke-2 dan ke-3 lahir, semuanya laki-laki.
Reformasi berjalan lambat, mengecewakan para mahasiswa yang menjadi motornya, mengecewakan rakyat yang mendukungnya. Sistem yang buruk tidak berubah. Hanya berganti nama saja. Saya bersama kawan-kawan lama yang pernah jadi aktivis kampus mulai sering berkumpul lagi saling berbagi pandangan atas situasi ini. Kesimpulannya, sikap apatis tidak akan merubah apapun juga. Kita harus terlibat dalam pertarungan itu, meskipun berat dan belum tentu berhasil. Tapi layak dicoba daripada hanya menjadi penonton.
Politik di negara kita dikuasai oleh orang-orang jahat, yang hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya. Rakyat ditinggalkan. 15 tahun lalu adalah tabu bagi saya dan beberapa teman masuk menjadi anggota Partai. Tetapi membiarkan dunia Partai politikndikuasai oleh orang-orang jahat juga tidak akan menjanjikan perubahan. Keadaan telah memaksa kami untuk terjun ke dunia politik ini. Kami bukan mahasiswa lagi yang harus berdemo setiap hari. Kami harus bertarung di dalam sistem yang berlaku.
Ketika keluarga besar ibu di Jatisari/Jatiragas Karawang dan teman-teman di forum pengelola perpustakaan desa Kab Karawang di mana saya aktif terlibat membantu kegiatannya sejak 2009, memberikan dorongan dan restu untuk mencoba berjuang demi perubahan melalui sistem partai politik, maka mulailah saya mencari Parpol yang saya anggap memberikan harapan perubahan. Kebetulan saat itu saya pun mulai berwirausaha, sehingga bisa mengatur waktu pengembaraan saya utk mempersiapkan awal perjuangan ini.
Akhirnya saya masuk Partai Hanura yang saat ini saya anggap paling bersih dari KORUPSI, sesuai dengan hasil survey media Nasional. Saya mendapatkan posisi sebagai Sekretaris Bidang Organisasi DPP Partai Hanura, Dan tak lama kemudian, saya tercatat sebagai anggota CALEG DPR RI dapil Kab Bekasi-Karawang-Purwakarta.
Saya memandang peristiwa ini sebagai peristiwa besar dalam hidup saya, karena ini yang pertama saya lakukan, dan melalui pemikiran dan pertimbangan sulit sebelum memutuskannya. Meskipun baru menjadi Caleg yang belum tentu terpilih, sudah terasa betapa berat beban yang akan saya pikul di pundak saya. Beban atas amanah dari rakyat yang akan saya wakili, beban saat sosial isi dan kampanye yang memerlukan uang, waktu dan kesehatan dan pikiran saya, juga beban mengatur waktu dengan istri dan anak-anak saya. Kadang saya berpikir, untuk apa banyak orang berlomba menjadi anggota Dewan, dengan melakukan pengorbanan yang besar untuk mendapatkan ini. Saya merasa, sungguh mulia dan hebat orang yang melakukan tugasnya sebagai anggota Dewan jika kemudian dia melakukan tugasnya dengan baik dan tidak menjadi koruptor.
Tetapi semua beban itu menjadi ringan ketika teringat lagi akan restu dan doa ibu. Dengan dana yang kecil, saya akan tetap maju terus, pantang mundur. Dengan rasa syukur, kalah atau memang dalam Pemilu nanti adalah soal kecil jika saya melihat berapa banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada saya dan keluarga selama ini.
Saya bulatkan keyakinan dalam hati ini, bahwa Allah akan selalu memberikan kemudahan jika kita mempunyai niat baik tulus ikhlas untuk mengorbankan apa yang ada dari diri kita untuk kemaslahatan banyak orang.
Saya teringat kembali, betapa Allah telah memberikan saya kemudahan ketika saya mendapatkan tiket Caleg DPR RI ini dari Partai Hanura, sangat mudah dan tidak keluar biaya sepeserpun, padahal bertarung dengan 1500 orang kandidat Caleg.
Kemudahan ketika saya mendapatkan rezeki untuk membiayai operasional kegiatan sosialisasi dan kampanye.ketika saya bertemu orang-orang baik yang mau menjadi relawan saya.ketika saya melakukan kunjungan ke titik-titik kampanye dan mereka menerima saya dengan tangan terbuka meski tidak memberikan uang yang berarti, hanya sekedar ngariung,ngopi dan merokok saja.Itulah yang saya syukuri saat ini.
Demikianlah 7 cerita saya, untuk menggambarkan pribadi saya, latar belakang saya dan jalan yang sudah saya tempuh sampai titik ini. Saya masih percaya, perubahan baik akan terjadi. Saya percaya masih banyak rakyat yang masih menggunakan hati nuraninya dalam memilih pemimpin, seperti halnya rakyat percaya bahwa masih ada segelintir Caleg yang akan benar-benar memperjuangkan rakyat.
Kadang saya kaget ketika rakyat menumpahkan rasa kecewa dan amarah kepada saya saat sosialisasi, karena rakyat merasa ditinggalkan oleh Caleg yang terpilih sebelumnya.
Padahal ini kali pertama saya jadi Caleg. Dan baru pertama kali datang ke daerah itu. Tetapi akhirnya saya sadar, bahwa rakyat berhak marah dan perlu penyaluran rasa kecewanya. Dan saya harus siap menerima dan mendengarkannya. Inilah tugas saya sebagai anggota Dewan, yang sudah harus saya lakukan bahkan sebelum benar-benar terpilih. Rakyat tidak terlalu menuntut, mereka perlu keyakinan bahwa mereka tidak ditinggalkan.
Semoga saya sanggup menjalani ini semua dengan baik dan tulus, sekarang esok ataupun nanti. Insya Allah. Wassalam.
M.GDE SIRIANA YUSUF
CALEG DPR-RI (PUSAT) PARTAI HANURA
DAPIL JABAR 7 NO.URUT 7
KAB BEKASI-KARAWANG-PURWAKARTA
@Redaksi 2014 Email : pelitakarawang@gmail.com