Breaking News
---

"SAATNYA MUSLIM BICARA!"

PELITAKARAWANG.COM -.Dengan kondisi negara-negara barat yang belum memahami Islam, yang ada hanya pemahaman dipermukaan atau melihat semangat islam fundamentalis, maka buku ini wajib dibaca oleh pihak yang memegang kebijakan dalam memandang dunia Islam. Karena dalam buku ini menjelaskan tentang opini umat islam, Barat, kekerasan, HAM, dan isu-isu lainnya yang terekam melalui hasil penelitian Gallup World Poll. Dengan harapan buku ini mengubah pandangan terhadap dunia Islam.
Oleh : Muslim Hafidz
Penelitian yang dipimpin oleh John L. Esposito dan Dalia Mogahed dengan 35 negara sebagai responden dalam melihat “siapa sih yang berhak berbicara atas nama Islam?”, penelitian khusus di Negara-negara islam dan Negara-negara yang mayoritas muslim. sampel ini mewaikil tua muda, berpendidikan dan tidak, laki-laki dan perempuan maupun diperkotaan dan dikampung. Dengan metode acak, wawancara langsung, dengan margin kesalahan antara plus 3 atau minus 3 poin. Sampel ini mewakili dari 90 persen kaum muslim di dunia yang jumlahnya 1,3 miliar. Tetapi untuk menghindari dari sinisme terhadap penelitian ini, Gallup mewanti-wanti bahwa penelitian ini adalah atas biaya sendiri yang dilaksanakan murni untuk tujuan riset.
Islam adalah Teroris?.

pasca tragedi 11 September, pertikaian antara dunia Barat dengan Islam terus berkepanjangan, kekerasan tumbuh secara eksponensial. Ratusan ribu orang meninggal dalam perang melawan terorisme. Dunia Barat menuduh kelompok-kelompok seperti al-Qaeda sebagai biang kerok teroris, satu sisi ‘seakan-akan mewakili Islam’ kelompok-kelompok al-Qeda menyebar pesan dengan kalimat-kalimat Islam sebagai jargon dalam perlawanannya terhadap Barat.

Kejadian 11 September juga terjadi di Negara-negara lain seperti di Indonesia, adanya aksi bom Bali di Bali dan hamper kejadian-kejadian teroris selalu melibatkan umat Islam, baik bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan Barat maupun sebagi bentuk jihad dalam memerangi kaum ‘kafir’, ini menjadi persoalan tersendiri. Persoalan ini menjadi tercoreng bagi dunia Islam dengan segilintir orang yang mewakili Islam dalam kasus-kasus terorisme. Kalimat jihad sudah diiplementasikan dengan pemboman, kalimat jihad juga sudah bermakna bunuh diri bahkan kalimat jihad sudah bermakna membunuh kepada orang-orang yang tak berdosa, apakah ini arti jihad? Apakah para ustadz menjelaskan arti jihad dalam al-Qur’an adalah seperti diatas diatas? Apakah al-Qur’an yang salah? Apakah ada penyelewengan terhadap makna jihad?
Respon Barat terhadap implementasi tersebut, menjadi pemahaman mainstream sebagai wujud wajah Islam yang bengis dan pro terhadap kekerasan. Sinisme dunia Barat terhadap Islam sudah lama terjadi, para orientalis menganggap umat islam sebagai subhuman (setengah manusia) karena tidak mampu menjawab persoalan-persoalan demokrasi, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Dari Negara-negara Islam hamper mayoritas tidak menggunakan system demokrasi.
Untuk menjawab persoalan tersebut, para Scholar Muslim terus berupaya menjelaskan melalui seminar-seminar tentang umat beragama. Bahkan ada belajar di Negara barat untuk menserasikan pemahaman tersebut. Saiful Mujani menjelaskan tentang Muslim di Indonesia tentang ketaatan berdemokrasi dan ketaatan dalam beribadah ia berupaya melawan tesis dari Huntington, Hasan Hanafi tentang ‘oksidentalis’ nya dan lain-lain, semuanya dalam rangka mengungkap wajah islam yang moderat, alias enak dipandang…
Penelitian Gallup World Poll

Penelitian ini menelawan waktu enam tahun, mulai dari tahun 2001 sampai 2007 sebuah penelitian yang terbesar dan serba cukup tentang muslim kontemporer. Ternyata ditemukan yang berbanding terbalik dari apa yang selama ini diyakini terhadap dunia Islam.

Islam ‘sayang’ Barat

Penjelasan dalam buku ini, ternyata mayoritas umat Islam menyatakan bahwa kekagumannya terhadap Barat yang majunya dalam ilmu pengetahuan/tekhnologi dan demokrasi. Kesan sebagai champion demokrasi sudah kita buktikan sekarang dengan kemenangan Barack Husain Obama. Obama dengan wajah 3 benua, kulitnya Afrika (ayahnya Muslim Kenya), Asia (Soetoro adalah ayah Tiri dari Indonesia) pergaulan waktu kecil yang mengajarkan tentang multicultural, dan Amerika sebagai kewarganegarannya. Ditambah yang kalah dengan senang hati menyatakan kekalahannya dan mengucapkan selamat bagi yang menang.

Islam memandang barat tidak monolitik yang ada mengecam maupun mendukung berdasarkan politiknya bukan berdasarkan agama maupun budayanya.
Kritikannya terhadap dunia barat, dan ini yang tidak disukai oleh muslim dunia yaitu merosotnya moral dan rusaknya nilai-nilai tradisional yang mereka miliki.
Dalam rangka memperbaiki hubungan yang harmonis, ummat islam dunia memandang perlunya pandangan barat terhadap Islam harus dilunakan dalam arti pengurangan sinisme terhadap islam sebagai bentuk pemahaman dan kesepakatan bersama dalam membangun kerjasama untuk membangun dunia yang lebih beradab. Juga Barat harus menghargai islam sebagai agama, budaya, maupun pemahaman lainnya. Disini diperlukan dialog-dialog sehingga tidak terjadi asumsi-asumsi negative diantara keduanya.
Inilah Islam Kita.
Umat islam sebagaimana diketahui bersama adalah moyoritasnya tinggal di Asia dan di Afrika dan bukan di wialayah Arab. Memang islam lahir di arab tetapi islam berkembang pesat di Asia dan di Afrika. Indonesia menempati posisi terbanyak di dunia, dan wajar kalau seandainya begitu banyak berharap pada Indonesia untuk menampilkan islam yang moderat dan santun. Tidak seperti di Arab yang menampilkan kekerasan sebagai menu di media.

Tempat tinggal Muslim juga sudah tidak berada di tempat-tempat eksotis lagi seperti Makkah, Madinah, Kairo dll, tetapi sudah di London, Paris, New York dan tempat yang modern lainnya. Secara keseluruhan, dalam penelitian ini menjelaskan tentang 85 persen muslim sunni, sedangkan syiah 15 persen. Yang tersebar dibelahan dunia, seperti di Eropa yang menempati agama terbesar ketiga.
Dalam penelitian ini, dijelaskan bahwa mayoritas Muslim dunia tidak menginginkan pemimpin agama masuk pada wilayah politik atau dalam pembuatan undang-undang, tetapi mendukung memasukan unsure-unsur syariat sebagai sumber hukum.
Lebih lanjut dalam penelitian ini dijelaskan bahwa, mayoritas Muslim dunia menginginkan islam moderat sebagai pilihannya, sebagaian kecil yang membolehkan terorisme. Secara keseluruhan baik Amerika maupun Muslim sama-sama menolak serangan terhadap masyarakat sipil yang tidak berdosa karena memang tidak dibenarkan oleh agama.
Mengenai kesetaraan gender, umat islam menginginkan akan kesetaraan hak dan agama dalam masyarakat mereka.
Lebih mengejutkan adalah impian pekerjaan adalah bukan menjadi mujahid yang berperang melainkan melakukan pekerjaan yang sebaik-baiknya.
Kesimpulan
Konflik antara Barat dan dunia Islam tak dapat dielakan, semoga melalui buku ini membuka mata lebar-lebar tentang silent mayority dunia islam ternyata apa yang dibayangkan ternyata “salah” atau trained incapacity melihat islam dengan kaca “mata kuda”.
Konflik yang ada hanya pertikaian prinsip yang disebabkan oleh kebijakan politiknya. Jajak pendapat menemukan bahwa orang-orang Libanon sangat menghargai Kristen dan Muslim (lebih dari 90 persen berpandangan positif terhadap umat lainnya) meskipun decade perang sipil di Libanon terjadi diantara kelompok-kelompok keagamaan.

Melawan terorisme dengan invasi militer tidak mengurangi keharmonisan dalam hubungan dunia Islam dan Barat, malah mengakibat meningkatnya anti-Amerika di Negara tersebut. Argumentasi terhadap menangnya melawan teroris melalui operasi militer tidak terlihat dari hasil data Gallup dari seluruh dunia Islam. perang melawan teroris berarti merebut hati disuatu negara tersebut. @Kp.

www.pelitakarawang.com
Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan