PEKALONGAN--PELITAKARAWANG.COM: Sedikitnya 139 hektare tambak dan 53 hektare sawah di Desa Pecakaran, Wonokerto, Pekalongan, Jawa Tengah, terendam banjir air pasang (rob) sehingga lahan itu sudah tidak bisa berfungsi untuk budi daya ikan dan ditanam padi.
Kepala Desa Pecakaran, Jamian, di Pekalongan, Jumat (29/7), mengatakan genangan rob di lahan pertanian dan tambak tersebut sudah sejak tiga tahun lalu sehingga lahan sudah tidak berfungsi.
"Ratusan hektare lahan itu kini hanya dibiarkan saja karena para pemilik lahan memilih bekerja sebagai nelayan. Semula, sebagian warga bekerja sebagai petani tetapi kini beralih sebagai nelayan," katanya.
Menurut dia, kondisi lingkungan Desa Pecakaran cukup memprihatinkan karena lahan pertanian, tambak, dan sebagian rumah penduduk tergenang air rob.
"Saat air laut pasang maka kami pastikan kondisi lingkungan Desa Pecakaran akan memprihatinkan karena terendam rob. Bahkan, akibat genangan air rob ini sudah banyak warga yang pindah karena tempat tinggal mereka terendam air," katanya.
Wakil Bupati Pekalongan Fadia A Rafiq mengatakan untuk mengatasi persoalan di Desa Pecakaran, pemkab akan memanggil tim ahli untuk menangani air rob.
"Kami akan memanggil tim ahli untuk mengatasi masalah air rob itu karena dengan kondisi permukiman yang terendam air rob maka warga tidak bisa memanfaatkan lahan pertambakan dan pertanian," katanya.
Menurut dia, pemkab akan serius menangani masalah air rob itu karena jika dibiarkan maka permukiman bisa terendam, yang akhirnya berdampak pada kesejahteraan warga setempat.
"Kami akan secepatnya menangani bencana air rob ini. Kami juga akan mengajukan bantuan penanganan rob ke pemerintah pusat," katanya.
Kepala Dinas Pengairan, Pertambangan, Kebersihan, dan Pertamanan (DPPKP) Kabupaten Pekalongan, Bambang Pramukanto mengatakan, penanganan bencana air rob bisa dilakukan dengan membuat tanggul penahan air dan menggunakan mesin penyedot air.
"Genangan air rob tidak gukup hanya diuruk dengan menggunakan pasir dan batu tetapi solusinya harus dibuat tanggul. Namun, untuk membuat tanggul penahan air laut itu memerlukan dana yang cukup besar karena areanya terlalu luas," katanya. (Ant/MICOM).
Kepala Desa Pecakaran, Jamian, di Pekalongan, Jumat (29/7), mengatakan genangan rob di lahan pertanian dan tambak tersebut sudah sejak tiga tahun lalu sehingga lahan sudah tidak berfungsi.
"Ratusan hektare lahan itu kini hanya dibiarkan saja karena para pemilik lahan memilih bekerja sebagai nelayan. Semula, sebagian warga bekerja sebagai petani tetapi kini beralih sebagai nelayan," katanya.
Menurut dia, kondisi lingkungan Desa Pecakaran cukup memprihatinkan karena lahan pertanian, tambak, dan sebagian rumah penduduk tergenang air rob.
"Saat air laut pasang maka kami pastikan kondisi lingkungan Desa Pecakaran akan memprihatinkan karena terendam rob. Bahkan, akibat genangan air rob ini sudah banyak warga yang pindah karena tempat tinggal mereka terendam air," katanya.
Wakil Bupati Pekalongan Fadia A Rafiq mengatakan untuk mengatasi persoalan di Desa Pecakaran, pemkab akan memanggil tim ahli untuk menangani air rob.
"Kami akan memanggil tim ahli untuk mengatasi masalah air rob itu karena dengan kondisi permukiman yang terendam air rob maka warga tidak bisa memanfaatkan lahan pertambakan dan pertanian," katanya.
Menurut dia, pemkab akan serius menangani masalah air rob itu karena jika dibiarkan maka permukiman bisa terendam, yang akhirnya berdampak pada kesejahteraan warga setempat.
"Kami akan secepatnya menangani bencana air rob ini. Kami juga akan mengajukan bantuan penanganan rob ke pemerintah pusat," katanya.
Kepala Dinas Pengairan, Pertambangan, Kebersihan, dan Pertamanan (DPPKP) Kabupaten Pekalongan, Bambang Pramukanto mengatakan, penanganan bencana air rob bisa dilakukan dengan membuat tanggul penahan air dan menggunakan mesin penyedot air.
"Genangan air rob tidak gukup hanya diuruk dengan menggunakan pasir dan batu tetapi solusinya harus dibuat tanggul. Namun, untuk membuat tanggul penahan air laut itu memerlukan dana yang cukup besar karena areanya terlalu luas," katanya. (Ant/MICOM).
0Komentar