GfOoTUz6TpM6Tfr9TUYpTpC6BY==
Light Dark
Dua TKI Jepang Jalani Nikah Online

Dua TKI Jepang Jalani Nikah Online

Daftar Isi
×

Magelang, PELITAKARAWANG.COM- Upacara pernikahan (walimahan) lazimnya dirayakan dengan resepsi atau pesta di satu lokasi yang meriah, dan dihadiri oleh semua anggota keluarga. Namun, tidak demikian dengan prosesi pernikahan dua orang tenaga kerja Indonesia (TKI) Suratno (30 tahun) dan Desy Rahmawati (25 tahun).

Prosesi pernikahan kedua TKI yang sama-sama bekerja Jepang itu, dilangsungkan oleh keluarganya di sebuah warung internet sederhana. Tepatnya, di warung internet (warnet) yang berlokasi di Jalan Sleko No. 13 A, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Seluruh keluarga Desy Rahmawati berkumpul untuk menyaksikan sekaligus memberi restu atas pernikahannya dengan calon suaminya, Suratno.

Desy Rahmawati, adalah TKI asal Desa Randusari, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Alumni Akper Kesdam IV Diponegoro, Semarang, ini sudah dua tahun menjadi TKI nurse dan bekerja di rumah sakit Sakura Byouin Niwa-gun, Provinsi Aichi, di Jepang. Sedangkan Suratno, adalah warga Desa Karangwuni, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Di Jepang ia bekerja di sebuah perusahaan mobil. Karena jarak yang jauh inilah, komunikasi proses pernikahan dilakukan menggunakan jaringan online.
Orangtua Desy, Rohmat (51 tahun) memantau dari warnet tersebut dengan sebuah layar proyektor yang terpasang dari sebuah komputer di dalam ruangan, sementara Staf KBRI Jadi Wali Nikah.

Dalam prosesi pernikahan itu, orang tua Desy Rahmawati, Rohmat menyerahkan kuasa wali nikah di Jepang. Ia menunjuk Bambang Hariyanto, seorang pejabat KBRI di Jepang, yang selama ini mengurus segala persyaratan dan kebutuhan nikah anaknya. Akad nikah dilaksanakan tepat pada pukul09.50 WIB di sebuah masjid di Hamamatsu, Jepang, menggunakan bahasa Arab.

Mempelai lelaki, Suratno, menyerahkan mahar seperangkat alat shalat, uang tunai 20.000 Yen dan sejumlah perhiasan emas.

Rohmat dan isterinya, Sutini (50 tahun) tampak tersenyum saat menyaksikan prosesi pernikahan anak keduanya itu melalui proyektor dan mendengar suara menantunya, Suratno mengucapkan janji nikah. Namun, di saat prosesi berlangsung, Rohmat meminta Suratno mengulangi kata-kata pihak wali nikah, karena suara yang terdengar melalui speaker di warnet tersebut sempat terputus.

Seusai prosesi, Rohmat pun bisa berkomunikasi menerima sapaan Desy dan menantunya, Suratno.“Hallo Pa’e, piye kabare (Halo Bapak, bagaimana kabarnya, red.),” sapa Desy dalam loghat Jawa. Rohmat pun menjawab dengan logat Jawa yang kental: “Selamet ya, ati-ati neng kono. Matur nuwun karo Pak Bambang. Tolong sampekke bapak matur nuwun wes dibantu kelancaran lan kecukupane kabeh (Selamat ya, hati-hati di sana. Terimakasih sama Pak Bambang. Tolong sampaikan terimakasih bapak padanya, yang telah membantu kelancaran dan kebutuhan semuanya, red.).”

Rohmat juga berkomunikasi langsung pada menantunya, Suratno. “Anakku Suratno, titip anakku Desy yo, tolong dijogo apik-apik (Anakku Suratno, titip anakku Desy ya, tolong dijaga baik-baik,” pesan Rohmat. Suratno pun langsung menjawabnya: “Inggih Pak sami-sami, kulo ugi matur nuwun (Ya Pak sama-sama, saya juga mengucapkan terima kasih,red.).”

Usai prosesi nikah, Rohmat menceritakan. Sebenarnya, Desy berencana pulang bersama calon suaminya untuk melangsungkan pernikahan di Indonesia. Namun, daripada menghabiskan biaya transportasi yang banyak, lebih baik pernikahan dilangsungkan di Jepang.

Rohmat mengaku, baru pertama kali melihat menantunya tersebut melalui tampilan LCD proyektor. Meski demikian, orangtua Suratno sudah berkali-kali berkunjung ke rumahnya di Wonosobo untuk membicarakan pernikahan anak mereka.
Gangguan Listrik
Operator komunikasi internet di Smart Net, Imam Muslim, kepada Rohmat mengatakan, pernikahan online ini adalah pengalaman pertama baginya. “Tadi memang sempat mengalami kendala, karena tiba-tiba listriknya mati, tapi Alhamdulillah tidak lama hidup lagi,” katanya.

Ia jelaskan, prosesi komunikasi via internet tersebut adalah pihak pasangan pengantin yang ada di Jepang menggunakan fasilitas webcam laptop dan headset, dan untuk melancarkan komunikasi yang terputus, dibantu menggunakan komunikasi system chatting via yahoo messenger.Selama prosesi komunikasi tersebut, lanjut Imam, memang sempat terkendala karena listrik mati beberapa saat. Selain itu, fasilitas perangkat komunikasi yang ada di Jepang juga seadanya, jadi gambar yang ditampilkan kurang begitu jelas.

“Di sana hanya menggunakan laptop, sedangkan di sini menggunakan LCD proyektor dan speaker aktif jadi gambar dan suaranya lebih jelas,” katanya.***(Imam Bukhori/SUMBER BERITA)

0Komentar