Breaking News
---

MULUDAN Ala KAMPUNG BAYUR

Ditulis oleh : Kasim Suriadinata,S.Pd (Ka Biro Karawang,Pelita Karawang.)

Bulan ketiga penanggalan tahun Hijrah, diberi nama Rabi ul’awwal.  Bagi ummat Islam,  dimanapun, bulan ini memiliki ma’na tersendiri, karena pada bulan inilah Rosulullah Muhammad saw dilahirkan, tepatnya pada tanggal 12, di sebuah tempat di kota Mekkah. Tahun Masehi ketika itu tahun 571.  Adapun orang Arab, menyebutnya tahun Gajah, berkaitan satu peristiwa besar penyerangan tentara raja Abrohah berkendaraan gajah menyerang kota Mekkah. Peristiwa kelahiran itu menjadi sangat penting, karena “Muhammad saw” dikemudian hari menjadi pilihan Allah SWT sebagai utusanNya yang ditugaskan untuk menyampaikan risaalah illaahi, al-Islam, kepada seluruh ummat manusia.  Atas tugasnya itu, Muhammad saw disebut Rosul (orang yang diutus) dan Nabi (orang yang menyampaikan).  Risaalah islam memuat berbagai petunjuk kepada manusia untuk meyakini keesaan Allah sebagai pencipta dan penguasa alam semesta,tiada tuhan selain Allah, yang wajib disembah (diibadahi), serta berbagai petunjuk perbuatan baik (beramal shaleh).  Dalam waktu yang relative singkat Muhammad saw dapat melaksanakan tugasnya menyampaikan risalah islam dengan bekal wahyu yang diturunkan Allah swt melalui Jibril yaitu Al-Qur’an. Muhammad saw juga membimbing ummatnya di jalan islam dengan “sunnah”, yaitu perkataan, perbuatan dan ketetapan-ketetapannya. Kurang lebih 23 tahun beliau menjalankan tugas sebagai Rosul dan Nabi Allah, dari usia 40 tahun hingga akhir hayatnya di usia 63 tahun.  
         
Kini Islam telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke pulau Jawa. Menurut beberapa catatan sejarah, Islam datang ke Indonesia kira-kira pada abad ke 13. Tapi ada pula catatan lain yang mengatakan bahwa pada abad ke 7, Islam sudah masuk ke negri ini. Terlepas dari itu, agama Islam masuk ke negeri ini melalui pedagang-pedagang dari India dan Persia yang sudah menganut Islam terlebih dulu. Mereka punya hubungan baik dengan penguasa-penguasa di negeri ini, terutama di Jawa dan Sumatra. Saat itu penduduk Pulau Jawa sebagian besar menganut agama Hindu dan Budha. Sebagian lain masih menganut kepercayaan local (animisme dan dinamisme). Para penyebar agama Islam memahami hal itu, sehingga dalam berda’wah , mereka menggunakan metoda “kearifan”, yaitu metoda penyesuaian dengan budaya-budaya setempat. Prinsip-prinsip ajaran Islam “disisipkan” diantara kepercayaan dan budaya mereka. Tidak heran dalam waktu yang tidak terlalu lama Islam sudah menjadi agama yang dianut sebagian besar penduduk Pulau Jawa.

MULUDAN
Dalam masyarakat muslim di Pulau Jawa, ada tradisi muludan. Yaitu sebuah ritual memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Awalnya, seorang pejuang Islam di Timur Tengah, Sholahudin Al-Ayyubi (1138-1193 M/ 532-589 H), panglima tentara Islam, merasa perlu mengevaluasi tentang kekalahan demi kekalahan tentara Islam dalam berperang menghadapi musuh. Dia berpendapat bahwa kekalahan demi kekalahan itu disebabkan oleh menurunnya semangat berjuang (berjihad) di kalangan ummat islam ketika itu. Sebagai pembesar Negara, dia membuat ide untuk mendongkrak semangat jihad ummat Islam, dengan cara memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. Dalam acara tersebut dibacakan kembali kisah perjalanan hidup Muhammad saw dengan berbagai perjuangan Nabi dalam membela Islam, baik dalam keadaan aman maupun perang. Nyanyian-nyanyian yang memuji Nabi Muhammad saw untuk membakar semangat juang, dikumandangkan. Dengan upaya itu Sholahudin Al-Ayyubi berhasil mendongkrak semangat jihad ummat Islam, dan membuahkan hasil, ummat Islam mendapat kemenangan di medan perang.
Sejak itulah acara memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw diselenggarakan tiap tahun.   Di masyarakat  Pulau Jawa kegiatan tersebut disebut “maulid nabi” atau “muludan”.

TRADISI
Kembali ke pembahasan di atas, bahwa Islam diajarkan kepada masyarakat Jawa dengan menggunakan metode kearifan atau pendekatan budaya (culture approach), sehingga budaya-budaya dan anutan-anutan asal, tetap dipertahankan. Dengan demikian masyarakat Islam di Pulau Jawa memiliki kekhasan tersendiri. Diantaranya, tradisi-tradisi dimasukkan kedalam ciri keagamaan.

TOPENG BANJET
Ada yang menarik, ketika di satu komunitas muslim, tepatnya di kampung Bayur Desa Lemahduhur Kabupaten Karawang, terdapat kebiasaan (tradisi) menyambut bulan kelahiran Nabi Muhammad saw dengan menyelenggarakan pertunjukan topeng banjet sebagai ritual muludan. Secara bergiliran ritual itu diselenggarakan di tempat beberapa tokoh yang dianggap memiliki kekuatan spiritual. Menurut cerita-cerita yang berkembang di masyarakat sekitar, bahwa ritual tersebut diselenggarakan untuk menghormati leluhur-leluhur mereka, serta membersihkan (mencuci) semua ilmu yang dimiliki dengan harapan kehidupan dapat lebih sejahtera dan terhindar dari segala musibah. Disana tidak dibahas samasekali tentang sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw dengan perjuangannya.
Wallahu a’lam.
Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan