Papandayan Bisa Seperti Merapi
Minggu, Oktober 31, 2010
BANDUNG – Berdasarkan catatan khusus Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG),Gunung Papandayan di Kabupaten Garut berbahaya.Bahkan,PVMBG memprediksi Gunung Papandayan bisa seperti Gunung Merapi.
Kepala Subbidang Pengamatan Gunung Api PVMBG Agus Budianto menjelaskan, suhu di kawah Papandayan stabil 260–280 derajat celsius. Kondisinya membahayakan sebab kondisi tanah yang lunak dan gas beracun. Sejak Papandayan ditingkatkan statusnya jadi waspada pada 16 April 2008, kata Agus,PVMBG sudah mengeluarkan rekomendasi kepada Pemkab Garut agar radius 1 kilometer dari bibir kawah steril dari aktivitas manusia.Tapi kenyataannya, dua tahun berjalan, aktivitas wisata di sana masih terus berlangsung.Wisatawan domestik dan mancanegara masih bebas foto-foto di bibir kawah. ”Kami hanya memberikan rekomendasi saja, yang melaksanakan pemerintah daerah setempat,”katanya.
Agus menegaskan, PVMBG tidak akan mengirimkan surat rekomendasi ulang ke Pemkab Garut. ”Tidak akan ada rekomendasi ulang. Yang penting kami sudah pernah mengeluarkan rekomendasi, selebihnya risiko ditanggung sendiri. Jangan sampai kalau ada jatuh korban, pemerintah yang disalahkan,” ungkapnya. Terkait gempa 4,5 SR yang terjadi beberapa hari lalu, ujar Agus, tidak memengaruhi peningkatan aktivitas vulkanik Papandayan. Menurut dia, tidak ada hbungan sama sekali antara gempa dan aktivitas vulkanik gunung. Gunung dapat meletus tanpa diawali gempa. Berbeda dengan tsunami yang bisa diawali gempa, baru terjadi tsunami.
Di tempat lain,Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut Yatie Rohayati mengaku tidak mengetahui ada rekomendasi dari PVMG bahwa radius 1 kilometer dari kawah Papandayan harus dikosongkan. ”Selama ini kami juga sudah koordinasi dengan sejumlah pihak terkait.Tapi kalau untuk penutupan dan sebagainya, itu wewenang BKSDA sebagai pengelola bukan kami,”kata Yatie. Sementara itu, meski gempa dan letusan gunung tidak memengaruhi aktivitas gunung api lain, ada 22 gunung api di seluruh Indonesia yang perlu diwaspadai. Badan Geologi mencatat sampai dengan 30 Oktober 2010, ke-22 gunung api itu berstatus di atas normal.
Semuanya masuk kategori gunung api tipe A yang berarti pernah mengalami erupsi magmatik sekurang- kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. Status di atas normal bisa waspada, siaga, dan awas. Status waspada berarti ada peningkatan aktivitas vulkanik dengan rekomendasi aktivitas manusia di kawasan rawan bencana (KRB) II dan KRB III wajib dibatasi.Siaga berarti prediksi peningkatan aktivitas gunung api hingga letusan dengan rekomendasi tidak ada aktivitas di KRB II dan KRB III. Status awas berarti evakuasi pengungsi pada KRB II dan KRB III seperti terjadi di Gunung Merapi.Yang mengeksekusi rekomendasi ini adalah pemerintah daerah setempat.
Kepala Badan Geologi Sukhyar menyebutkan, gunung api dengan status waspada di wilayah Sumatera ada Gunung Seulawah Agam, Sinabung yang baru meletus, Talang, Kerinci,Kaba, dan Anak Krakatau. Wilayah Jawa Papandayan (Jawa Barat), Slamet (Jawa Tengah), Bromo (Jawa Timur),dan Semeru (Jawa Timur).Wilayah Nusa Tenggara ada Gunung Batur (Bali), Rinjani, Rokatenda, Egon, dan Sangeang Api. Sulawesi ada Gunung Lokon dan Soputan. Maluku- Halmahera ada Gunung Dukono dan Gamalama.Sementara itu,ada dua gunung di wilayah Maluku- Halmahera dan Sulawesi Utara yang berstatus siaga atau satu tingkat di bawah Merapi.
”Di Maluku- Halmahera ada Gunung Ibu dan Sulawesi sebelah utara ada Gunung Karangetang,”sebut Sukhyar. Secara umum, ada 127 gunung api di Indonesia terdiri dari 77 tipe A, 30 tipe B, dan 21 tipe C.Gunung api tipe B berarti yang sesudah tahun 1.600 belum lagi mengalami erupsi magmatik,namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara.Gunung api tipe C berarti yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkat lemah.Gunung api tipe A di Sumatera ada 13,Jawa 19,Bali-Nusa Tenggara 23 Sulawesi 11, dan Maluku ada 12 gunung api.
Tipe B di Sumatera ada 11,Jawa 10,Bali-Nusa Tenggara 3,Sulawesi 3,dan Maluku 2.Sedangkan tipe C di Sumatera ada 6, Jawa 5, Bali-Nusa Tenggara 5, Sulawesi 5,dan Maluku tidak ada. (rudini/fani fardiansyah/Sindo).
Kepala Subbidang Pengamatan Gunung Api PVMBG Agus Budianto menjelaskan, suhu di kawah Papandayan stabil 260–280 derajat celsius. Kondisinya membahayakan sebab kondisi tanah yang lunak dan gas beracun. Sejak Papandayan ditingkatkan statusnya jadi waspada pada 16 April 2008, kata Agus,PVMBG sudah mengeluarkan rekomendasi kepada Pemkab Garut agar radius 1 kilometer dari bibir kawah steril dari aktivitas manusia.Tapi kenyataannya, dua tahun berjalan, aktivitas wisata di sana masih terus berlangsung.Wisatawan domestik dan mancanegara masih bebas foto-foto di bibir kawah. ”Kami hanya memberikan rekomendasi saja, yang melaksanakan pemerintah daerah setempat,”katanya.
Agus menegaskan, PVMBG tidak akan mengirimkan surat rekomendasi ulang ke Pemkab Garut. ”Tidak akan ada rekomendasi ulang. Yang penting kami sudah pernah mengeluarkan rekomendasi, selebihnya risiko ditanggung sendiri. Jangan sampai kalau ada jatuh korban, pemerintah yang disalahkan,” ungkapnya. Terkait gempa 4,5 SR yang terjadi beberapa hari lalu, ujar Agus, tidak memengaruhi peningkatan aktivitas vulkanik Papandayan. Menurut dia, tidak ada hbungan sama sekali antara gempa dan aktivitas vulkanik gunung. Gunung dapat meletus tanpa diawali gempa. Berbeda dengan tsunami yang bisa diawali gempa, baru terjadi tsunami.
Di tempat lain,Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut Yatie Rohayati mengaku tidak mengetahui ada rekomendasi dari PVMG bahwa radius 1 kilometer dari kawah Papandayan harus dikosongkan. ”Selama ini kami juga sudah koordinasi dengan sejumlah pihak terkait.Tapi kalau untuk penutupan dan sebagainya, itu wewenang BKSDA sebagai pengelola bukan kami,”kata Yatie. Sementara itu, meski gempa dan letusan gunung tidak memengaruhi aktivitas gunung api lain, ada 22 gunung api di seluruh Indonesia yang perlu diwaspadai. Badan Geologi mencatat sampai dengan 30 Oktober 2010, ke-22 gunung api itu berstatus di atas normal.
Semuanya masuk kategori gunung api tipe A yang berarti pernah mengalami erupsi magmatik sekurang- kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. Status di atas normal bisa waspada, siaga, dan awas. Status waspada berarti ada peningkatan aktivitas vulkanik dengan rekomendasi aktivitas manusia di kawasan rawan bencana (KRB) II dan KRB III wajib dibatasi.Siaga berarti prediksi peningkatan aktivitas gunung api hingga letusan dengan rekomendasi tidak ada aktivitas di KRB II dan KRB III. Status awas berarti evakuasi pengungsi pada KRB II dan KRB III seperti terjadi di Gunung Merapi.Yang mengeksekusi rekomendasi ini adalah pemerintah daerah setempat.
Kepala Badan Geologi Sukhyar menyebutkan, gunung api dengan status waspada di wilayah Sumatera ada Gunung Seulawah Agam, Sinabung yang baru meletus, Talang, Kerinci,Kaba, dan Anak Krakatau. Wilayah Jawa Papandayan (Jawa Barat), Slamet (Jawa Tengah), Bromo (Jawa Timur),dan Semeru (Jawa Timur).Wilayah Nusa Tenggara ada Gunung Batur (Bali), Rinjani, Rokatenda, Egon, dan Sangeang Api. Sulawesi ada Gunung Lokon dan Soputan. Maluku- Halmahera ada Gunung Dukono dan Gamalama.Sementara itu,ada dua gunung di wilayah Maluku- Halmahera dan Sulawesi Utara yang berstatus siaga atau satu tingkat di bawah Merapi.
”Di Maluku- Halmahera ada Gunung Ibu dan Sulawesi sebelah utara ada Gunung Karangetang,”sebut Sukhyar. Secara umum, ada 127 gunung api di Indonesia terdiri dari 77 tipe A, 30 tipe B, dan 21 tipe C.Gunung api tipe B berarti yang sesudah tahun 1.600 belum lagi mengalami erupsi magmatik,namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara.Gunung api tipe C berarti yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkat lemah.Gunung api tipe A di Sumatera ada 13,Jawa 19,Bali-Nusa Tenggara 23 Sulawesi 11, dan Maluku ada 12 gunung api.
Tipe B di Sumatera ada 11,Jawa 10,Bali-Nusa Tenggara 3,Sulawesi 3,dan Maluku 2.Sedangkan tipe C di Sumatera ada 6, Jawa 5, Bali-Nusa Tenggara 5, Sulawesi 5,dan Maluku tidak ada. (rudini/fani fardiansyah/Sindo).