Breaking News
---

Islam Mengajarkan Salam, Bukan Bom dan Teror

Foto
Menteri Agama H Suryadharma Ali mengatakan, agama tidak mengajarkan tindakan kekerasan. Islam mengajarkan rahmat dan salam, bukan bom dan teror. Demikian pula agama-agama lain sama-sama mengajarkan perdamaian. Kristen menekankan ajaran kasih dan damai. Buddha dan Kongkhucu mengutamakan keseimbangan antara Yin dan Yang, antara sifat-sifat maskulin dan feminim.
 
"Singkatnya semua agama mengajarkan moderasi dan keseimbangan, sesungguhnya penganut paham keagamaan moderasi di belahan dunia jauh lebih besar dari pada yang radikal," papar Menag pada acara pemberkahan Replika Pagoda Shwedagon Brastagi, Sumatera Utara, Sabtu (30/10). Hadir Dirjan Bimas Buddha Budi Setiawan, Kakanwil Sumatera Utara Syariful Mahya Bandar, para duta besar Negara sahabat, para Bhikkhu Sangha sedunia dan undangan lainnya. Keberadaan Pagoda Shwedagon di Sumatera Utara mendapat penghargaan dari Muri (Museum Republik Indonesia) sebagai pagoda tertinggi di Indonesia dan terbanyak dihadiri Bhikkhu sedunia.

Menurut Menag, berdasarkan modal ajaran agama yang mengajarkan keseimbangan, maka jelaslah yang diperlukan saat ini adalah melakukan gerakan bersama menyuguhkan semangat moderasi, toleran, dan damai. Hal ini dapat dilakukan melalui dialog, gerakan kultural dan kerjasama lainnya yang bisa menyadarkan kepada semua umat bahwa agama tidak mengajarkan tindakan kekerasan. "Langkah kultural yang bersifat proaktif dan progresif semacam ini penting dilakukan untuk melahirkan citra baru yang lebih baik bagi agama-agama."

Menag menjelaskan, dewasa ini, eskalasi berbagai peristiwa tragis menimpa umat beragama di berbagai belahan dunia. Dapat dikatakan bahwa berbagai peristiwa yang mengancam dan mengganggu kedamaian hidup umat telah menjadi isu global yang dapat muncul di mana saja dan mengancam siapa saja sehingga perlu dihadapi secara bersama-sama. 

Untuk itu, lanjut Menag, perdamaian dan keharmonisan harus kebersamaan. Perdamaian itu satu dan tidak bisa dipecah-pecah. Tanpa menjadikan perdamaian dalam bentuk yang menyatu dengan rasa persaudaraan, maka kedamaian menjadi tidak punya isi dan hanya sekadar selogan semata. "Persaudaraan dan perdamaian haruslah menjadi upaya nyata kita bersama."

Menurut pengamatan para pakar, kata Menag, di berbagai belahan dunia sekarang ini muncul lapisan-lapisan masyarakat transnasional, berupa liberalisme dan radikalisme yang ada dalam setiap agama dan ideologi. Hal itu sangat berpengaruh pada usaha pengembangan peradaban dan pembangunan suatu bangsa, termasuk pengembangan kehidupan dan penataan hubungan antarkelompok bangsa yang sangat plural dan multicultural.

Oleh karena itu, kata Menag, penting bagi kita untuk membangun sikap beragama yang humanis. Paradigma humanis dalam beragama adalah paradigm nilai, sikap, norma, dan praktik keberagamaan yang mendukung kehidupan yang penuh kedamaian, meningkatkan keadilan masyarakat, menjunjung tinggi hak asasi manusia, memajukan harmoni antarbudaya, dan kelestarian ekologis. (dik/Kemenag.)
Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan