Breaking News
---

Sinabung Meletus Lagi, 30.000 Orang Mengungsi


Saat letusan terjadi, terdengar suara gemuruh sekitar dua menit. Suara ini masih terdengar dari radius 5 km lebih dari Sinabung.Gemuruh ini disertai getaran seperti gempa yang terasa cukup kuat. Sejumlah warga di kaki Sinabung yang berjaga-jaga di sejumlah desa malam hari langsung panik setelah letusan ini. Sebagian warga yang baru bangun tidur langsung mengungsi ke arah Kabanjahe dan Berastagi.

Namun sebagian lagi memilih tetap bertahan di rumah masing-masing bersama sejumlah polisi yang bertugas menjaga desa. “Letusan lebih besar dibandingkan pada 29 Agustus lalu,”ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono saat ditemui di pos pemantauan Sinabung di Desa Suka Nalu, Kecamatan Naman Teran,kemarin siang. Menurut Surono, akibat letusan kedua ini, terbentuk kubah baru di puncak Sinabung.Kubah baru ini dibentuk oleh magma yang membeku.

Pembentukan kubah baru ini diharapkan bisa mengakibatkan penurunan aktivitas vulkanik Sinabung. Namun, PVMBG masih memerlukan sejumlah data untuk bisa menyimpulkan adanya penurunan aktivitas Sinabung. Hingga kemarin, jumlah pengungsi bertambah dua kali lipat menjadi sekitar 30.000. Menurut Bupati Karo Daulat Daniel Sinulingga, jumlah pengungsi bertambah karena warga sekitar gunung panik merasakan getaran pascaletusan kedua.

“Mereka sebagian besar mengungsi ke beberapa kecamatan yang jaraknya cukup jauh dari Gunung Sinabung seperti Kecamatan Kabanjahe,Tigabinanga, dan Tiganderket ataupun ke rumah saudara mereka masingmasing yang dirasa cukup aman,” kata Sinulingga. Surono menambahkan, letusan Gunung Sinabung kali ini tidak memunculkan material dari gunung api berupa lava pijar, batu atau pasir.Kondisi seperti ini misalnya terjadi pada Gunung Merapi di Jawa Tengah.

Yang terjadi saat letusan Merapi beberapa tahun lalu adalah longsornya kubah dan kemudian membentuk lava panas. “Tiap gunung berapi berbeda karakternya. Masih perlu waktu mengawasi, jadi statusnya masih tetap awas,”ujar Surono. Oleh karena itu, peringatan agar sampai radius 6 km dari Sinabung dikosongkan dari penduduk masih tetap diberlakukan. Jika PVMBG menyimpulkan bahwa aktivitas vulkaniknya sudah menurun, Surono memastikan masyarakat bisa kembali ke desa masingmasing.“

Ada nanti tahapannya untuk kami simpulkan, tapi yang jelas bukan sekarang,” kata Surono. Dia juga memastikan bahwa PVBMG sudah memasang satu alat yang berfungsi melaporkan aktivitas vulkanik Sinabung berupa data seismik ke pos pemantauan. Satu alat,menurut Surono,sudah cukup untuk memantau Sinabung. Di tempat yang sama, Kepala Badan Geologi R Sukhyar menambahkan, walau analisis sementara ini bisa menjadi rujukan akan adanya penurunan aktivitas vulkanik Sinabung, dia tetap meminta warga waspada.

Menurut dia, tim pemantau masih butuh waktu untuk terus memantau Sinabung melalui data seismik. Pascaletusan susulan Sinabung, Danau Lau Kawar yang berada di kaki Sinabung mengalami penyusutan debit air.Darta,tim SAR yang bertugas di Sinabung, mengatakan, sejak Sinabung mengalami peningkatan aktivitas vulkanik, Danau Lau Kawar mengalami penyusutan debit air sekitar satu jengkal tangan orang dewasa.Walau demikian, dia memastikan air Danau Lau Kawar masih steril untuk dikonsumsi.“ Tidak ada perubahan rasa air,jadi masih steril,”kata Darta.

Pengungsi Menunggu 

Belum adanya kepastian mengenai aktivitas vulkanik Sinabung membuat warga di sekitar Sinabung semakin khawatir.Mereka kini berada di antara ketidakpastian. Sementara informasi atau penjelasan dari pemerintah dirasa masih sangat kurang sehingga warga yang mengungsi maupun yang tinggal di desa hanya bisa menunggu. Terkelin Sembiring,warga Desa Kuta Gugung, Kecamatan Naman Teran mengatakan, seharusnya tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak memberi informasi yang pasti mengenai aktivitas Sinabung kepada masyarakat.

Alasan minimnya data tentang Sinabung karena sebelumnya masuk tipe gunung api B,menurut Terkelin, tidak bisa menjadi pembenar untuk memosisikan masyarakat di antara ketidakpastian.Selain kondisi di lokasi pengungsian yang memprihatinkan, masyarakat juga ingin mendapat kepastian mengenai kondisi mereka. “Itu (minimnya data) tidak bisa jadi alasan.

Itu kan urusan mereka karena memang sudah tugasnya. Makanya, saya memilih balik dari pengungsian,” kata Terkelin yang ditemui saat memanen tomat di ladangnya. Simson Sembiring,warga Sukan Debi,Kecamatan Naman Teran pada malam sebelum letusan sudah berencana bekerja di ladangnya. Dia tidak bisa mengharap banyak dari informasi dan penjelasan dari pemerintah mengenai aktivitas vulkanik Sinabung.

Padahal,tanaman kentang milik Simson yang sudah ditinggalkan selama empat hari harus disemprot dengan pestisida.“ Selama empat hari ini, uang keluar bisa sampai Rp100.000 setiap hari. Sementara pemasukan sudah tidak ada,”ujar Simson. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif seusai berkonsultasi dengan tim PVMBG mengakui,masalah komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat, terutama yang mengungsi, sangat penting.

Dalam kondisi seperti ini,menurut Syamsul, pemerintah perlu memberikan penjelasan yang transparan dan berlanjut kepada masyarakat mengenai setiap perkembangan Sinabung. Menko Kesra Agung Laksono mengimbau para pengungsi untuk bertahan di tempat pengungsian selagi Gunung Sinabung masih berstatus awas. Menko Kesra meminta pengungsi tidak terlalu merisaukan rumah dan ternak yang ditinggalkan untuk sementara lantaran aparat keamanan diterjunkan mengamankan rumah warga.

Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih mengungkapkan, saat permulaan bencana letusan gunung, umumnya penyakit yang banyak diderita pengungsi adalah penyakit terkait pernapasan.Namun, setelah beberapa hari ke depan, penyakit yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan seperti diare dikhawatirkan merebak. (rijan irnando purba/inda susanti/m rinaldi khair/ant)  /www.depdagri.go.id/news/2010/08/31/sinabung-meletus-lagi-30000-orang-mengungsi
Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan