Breaking News
---

O2SN,AJANG PRESTASI,GENGSI ATAU REKREASI ?


KARAWANG,PELITA-..

Akhir April 2010 Dinas Pendidikan,Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang menyelenggarakan “event” besar,yang melibatkan ratusan siswa-siswi SD berprestasi olahraga ( dan seni) sekabupaten Karawang. Event itu adalah Olympiade Olahraga Siswa Nasional yang disingkat O2SN.Rencananya akan digelar di kota Karawang dengan waktu pelaksanaan yang di undur dari tanggal 14-15 april jadi akhir 2010,dengan melibatkan kontingen-kontingen dari 30 kecamatan,dengan berbagai cabang olahraga ; bola volley, bulu tangkis, tenis meja,catur,sepakbola,takraw dan atletik.

Sudah menjadi kebiasaan,ketika event itu digelar,panitia O2SN tingkat Kecamatan bukan hanya mengirimkan atlit saja, tetapi “pengembira dan supporter” lebih banyak lagi. Yang dimaksud “penggembira dan supporter” adalah sebagian siswa dan (hampir semua) guru SD di Kecamatan yang bersangkutan.Mereka “dikerahkan” untuk mendukung atlit-atlitnya dalam berlaga ,dengan berseragam kaos team (costum) baru, yang setiap tahun berganti corak atau warnanya, membuat semarak suasana.

Bila satu kecamatan mengirimkan kontingen 200 orang,maka paling tidak membutuhkan 20 mobil minibus untuk mengangkutnya.Terkadang,ada kecamatan yang menggunakan angkutan kontingen dengan truk.Mungkin salah satu upaya penghematan.Bisa dihitung,bila rata-rata satu kecamatan menggunakan 10 kendaraan roda empat , maka panitia dan pihak kepolisian kota Karawang akan “direpotkan” dengan hadirnya 300 kendaraan roda empat,sekaligus, dengan ribuan manusia. Belum lagi bapak ibu guru yang datang dengan menggunakan speda motor. Menghadapi ini, diharapkan, agar panitia lebih siap dan sigap agar tetap tertib , aman dan lancar. Pengalaman tahun lalu di Rengasdengklok harus menjadi pelajaran.

Rekreasi?....

Tumpah ruahnya bapak ibu guru SD dari seluruh peloksok di kabupaten Karawang berbaur dengan siswa-siswi yang akan berlaga memperebutkan prestasi olahraga di satu tempat, menjadi perhatian berbagai pihak. PELITA berusaha menggali berbagai pendapat dan komentar tentang ini, baik dari masyarakat maupun dari para guru maupun praktisi pendidikan lainnya. Seorang kepala SD di kecamatan Telagasari mengatakan, ...” disamping memberi semangat kepada para atlit, kami juga merasa terhibur dengan bertemu teman-teman se-kabupaten, terlebih dengan teman satu SPG dulu, atau teman satu angkatan, yang sangat jarang bertemu. Kami bisa bercengkrama serta tukar pengalaman di tempat tugas masing-masing...”.

Lain lagi dengan pendapat praktisi pendidikan yang satu ini. “ O2SN sangat penting diselenggarakan tiap tahun, sebagai ajang prestasi serta pembibitan calon-calon atlit, agar bisa terdeteksi sejak dini.” Lain pula dengan pernyataan seorang orang tua murid yang anaknya tidak terpilih menjadi atlit.Dia merasa dirugikan. Sebab dengan kesibukan guru melatih atlit-atlit,otomatis waktu belajar banyak tersita. “ anak saya sering pulang lebih awal dari biasanya, katanya, gurunya sedang melatih atlit-atlit persiapan perlombaan olah raga….” “Kan rugi anak saya jadi tidak belajar…” tambahnya.

Biaya ?

PELITA penasaran,ingin tahu dari mana biaya penyelenggaraan itu,baik penyelenggaraan di tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten. Dari beberapa sumber yang tak mau disebutkan namanya, menyebutkan bahwa pembiayaan O2SN dibiayai oleh sekolah yang bersumber dari dana BOS. Uang tersebut dikumpulkan dan dikelola oleh “panitia kecamatan” dan ditingkat kabupaten dikelola oleh pejabat terkait yang membentuk “panitia tingkat kabupaten” . Dana ini disinyalir dikelola oleh satu organisasi yang tak begitu jelas kedudukannya yaitu BAPOPSI.dan,banyak dari kalangan guru bertanya?apakah BAPOPSI ketuanya harus selalu petugas PLS,bila ya apa dasar hukumnya.dan bagimana dengan IGOR?apakah bisa diberdayakan organisasi tersebut di acara O2SN?dan masih banyak pertanyaan tentang pernak-pernik O2SN.

Ketua PGRI Cabang Jatisari , Endang,S.Pd ,menolak bila dikatakan bahwa dana penyelenggaraan O2SN dikelola BAPOPSI.“ Di Kecamatan Jatisari, dana Penyelenggaraan O2SN dikelola langsung oleh para kepala sekolah dan dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan...” demikian pernyataan Endang ketika “ngobrol” dengan PELITA, Senin 22 Maret 2010 di Kantor UPTD TKSD Kecamatan Jatisari.

Berdasarkan penelusuran PELITA di beberapa kecamatan,diketahui bahwa biaya penyelenggaraan O2SN tiap tahun tidak kurang dari 25 juta rupiah, bahkan ada beberapa kecamatan yang bisa menghabiskan sampai 50 juta rupiah.....BAHKAN DI KETEMUKAN ADA SALAH SATU KECAMATAN PANITIA O2SN TAHUN 2007,MASIH MENYISAKAN HUTANG KARENA ACARA TERSEBUT.” Setrusnya,itu seluruh biaya sejak pertandingan-pertandingan di tingkat ranting, tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten.Belum biaya pengiriman atlit bila lolos ke tingkat Propinsi ….’Demikian pernyataan seorang Ketua Panitia O2SN tingkat Kecamatan yang tak bersedia dicantumkan identitasnya. “ Biaya yang paling besar adalah pembuatan kostim atlit dan juga kostim seluruh guru…” demikian ditambahkannya.

Bila demikian, maka persoalan ini perlu mendapat perhatian serius untuk dirumuskan kembali, ditata sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan yang ingin kita capai. Kegiatan O2SN tentu memiliki tujuan. Tujuan-tujuan itu harus dapat diukur dan dapat dievaluasi.Bila benar bahwa tujuan kegiatan ini bermanfaat bagi dunia pendidikan kita maka sangat wajar bahwa kondisi saat ini diupayakan untuk ditingkatkan. Ada beberapa hal yang harus diupayakan untuk ditingkatkan, yaitu ;

1.Sistem Organisasi

O2SN adalah “event” yang diselenggarakan secara berkala, dari tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi , hingga Tingkat Nasional. Ditiap level, perlu dibentuk “badan” yang bertugas sebagai penyelenggara. “Badan” tersebut bisa berbentuk “panitia penyelenggara” yang bertanggungjawab kepada pimpinan birokrasi di setiap level. Panitia Penyelenggara harus bersifat demokratis, bekerja sesuai program, transfaran.

2.Sistem Pembiayaan.

Diperoleh pula keterangan dari beberapa orang pantia di kecamatan, bahwa untuk penyelenggaraan O2SN Tahun 2010 Tingkat Kabupaten Karawang kecamatan harus menyetor dana sebesar Rp 1.200,- per siswa. Bila ini benar, maka dari dana yang ditarik dari bawah ( dana BOS SD ), akan terkumpul sekitar Rp 180.000.000,- Bila fakta ini benar, maka timbul pertanyaan dan harapan, yaitu ; bisakah uang BOS yang telah diterima oleh sekolah “ diselamatkan” untuk tidak “dialirkan keatas” ? Pertimbangannya, bahwa uang BOS bisa dimaksimalkan untuk membiayai proses belajar mengajar dan pengelolaan manajemen sekolah.

Salah satu alternative , Pemerintah Daerah c.q Dinas Pendidikan,Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang harus menyediakan dana secara eksplisit untuk membiayai kegiatan tersebut, baik dengan menyisihkan anggaran atau dengan menambah anggaran sektor pendidikan dari APBD. Bila persoalan ini diketahui dan difahami bersama, termasuk para politisi yang duduk di DPR-D, maka PELITA yakin beban akan menjadi ringan.
Harapaaaaan .!

BEBERAPA sumber juga mengatakan ke PELITA,seyogyanya pelaksanaan O2SN yang diselengarakan setahun sekali dibalik lagi ke Acara atau program PORSENI seperti dulu.saja .dengan pertimbangan mereka yang mewartakan adalah, pertimbangan waktu untuk pembinaan yang mepet hingga berdampak menganggu masa-masa anak dalam atau mencari ilmu,tambah mereka juga,02SN jadi beban bea yang menguras sekolah-sekolah yang mengirimkan para atlitnya,apapalgi bila sudah jadi juara kabupaten menuju propensi itu sangat memberatkan sekali.demikian himpunaan pengaduan para guru yang dapat di gali PELITA di lapanagan.tentang data dan alamt yang memberikan keterangan ada di redaksi./Joker.
Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan