BERAS ORGANIK TASIKMALAYA MAKANAN TREND EROFA... BAGAIMANA KARAWANG?
Selasa, Agustus 17, 2010
PELITAKARAWANG ON-LINE. Mungkinkah petani Karawang bisa mengikuti jejak petani Kabupaten tasikmalaya..? nampaknya ini terlalu berat perjuangan yang dilalui petani karawang, karena tingkat ketergantungan pada Pestisida kimia sudah menghawatirkan, petani karawang sudah tidak yakin lagi apabila tidak menyemprotkan salah satu jenis pestisida kimia ke tanaman padinya, meskipun padinya tidak terserang penyakin atau hama apapun.
Pemakaian Pestisida Kimia serta pupuk an-organik sudah menjadi keharusan, mereka terlalu mengejar kwantitas dan mengabaikan kwalitas, sehingga dampak negative yang ditimbulkan selain pada kesehatan konsumen juga dapat mempengaruhi ekosistem, pengelolaan produksi beras organic di Tasikmalaya bisa dijadikan contoh positif bagi petani karawang.
Dewasa ini beras organik meroket baik di bidang penjualan maupun pada trend konsumsi di dunia niaga Indonesia , aneka warna di sajikan pada performa sangat memikat pada beras organik berwarna. Ada yang berasnya berwarna coklat, merah, berwarna pink dan putih. Beras-beras premium itu telah diekspor ke Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Simpatik Tasikmalaya Jawa Baratlah yang memproduksi beras organik berwarna-warni itu. Syaeful Bahri (50) Ketua Kelompok Gapoktan Simpatik mengatakan petani yang tergabung dalam Gapoktan Simpatik bisa memproduksi beras organik sebanyak 6 ton/ bulan.
Harganya cukup menggiurkan. “Harga beras organik produksi Gapoktan Simpatik Tasikmalaya di pasar AS 33 dolar/ 5 kg,” ungkap Syaeful.
Di dalam negeri, harga beras organik tersebut tak setinggi di pasaran ekspor. HarganyaRp10ribu/kg. Konsumen beras organik pun lumayan banyak, antara lain di Jakarta, Bandung, dan Yoyakarta.Wajar bila harga beras organik lebih mahal, karena teknik budidayanya tergolong rumit dibanding teknik konvensional. Selain itu, biaya pengolahan berasnya pun cukup mahal. Untuk satu ton beras organik berwarna, biaya untuk pemisahannya saja mencapai Rp 24 juta. “Karena pemisahan beras berwarna dan yang berwarna putih dilakukan secara manual, dipilah satu per satu,” tambahnya. Plastik pembungkusnya bukan asal plastik, melainkan dipesan khusus. Harganya Rp 2.500/ lembar plastik. Pembeliannya juga ada batas minimal pesan yakni minimal 5 kuintal. Dengan plastik khusus ini maka kemasan beras/ 5 kg bisa difakum (dihilangkan udaranya) sehingga bisa tahan lebih lama ketika disimpan. Memang serba berbiaya mahal.
Terlebih lagi biaya sertifikasi beras organiknya. Gapoktan Simpatik Tasikmalaya Jawa Barat ini mendapatkan sertifikat dari Sucofindo dan Institue for Marketecology (IMO) dari Negara Swiss. Dari 5700 ha sawah padi yang ada di Tasikmalaya, hanya sekitar 360 ha yang mendapatkan sertifikat organik dari IMO. Total biaya untuk mendapatkan sertifikat ini mencapai Rp 0,5 miliar. Warna-warniAlami Ada empat jenis beras organik berwarna yang diproduksi Gapoktan Simpatik, yakni brown rice (beras coklat), Red Rice (beras merah), Pink Rice (beras pink) dan beras putih. Beras coklat dihasilkan dari gabah varietas Sintanur yang tidak diproses pemutihan.
Warna yang membalut biji beras dibiarkan sehingga warnanya kecoklatan. Sedangkan pink rice diperoleh dari gabah varietas Ciherang. Gabah tersebut digiling, sekamnya dibuang, namun warna kulit arinya tidak dibuang, jadilah berasnya berwana pink. Untuk beras merah diperoleh dari varietas Aik Sibundong. Sedangkan beras putih digiling dua kali. Giling pertama untuk membuat sekamnya dan yang kedua untuk pemutihan. Gapoktan ini melibatkan 2.300 KK petani tersebar di 7 kecamatan, 28 kelompok tani di lahan seluas 360 ha. Hama tanaman tidak begitu masalah bagi mereka, karena ada pestisida nabati. Rata-rata produksi 7 ton/ha. Lahan yang sudah mendapatkan sertifikat 360 halah anorganik, potensinya 5.700 ha. Suwarna (65) petani padi organik yang tergabung dalam kelompok tani Saluyuh, Tanjungsari, Sukaresik, Tasikmalaya mengatakan punya lahan sawah 1.000 m2 ditanami padi varietas Ciherang mulai tahun 2006. Hasilnya dapat 11,5 kuintal gabah kering giling GKG. Karena belum mendapatkan sertifikat gabahnya laku Rp 300 ribu/kuintal. “Jualnya ke bandar,” tambahnya. Suwarna ingin agar sawahnya juga mendapatkan sertifikasi padi organik.
Bupati Tasikmalaya Tatang Farhanul Hakim, M mengatakan baru sekitar 10 persen dari petani di Tasikmalaya yang telah membudidayakan padi organik. Kendalanya menerapkan teknologi ini kata Tatang lebih banyak diperlukan tenaga untuk menyiang, biasanya hanya 2 kali menyiang, dengan teknologi ini penyiangan dilakukan hingga7kali. Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurti mengatakan petani tidak perlu dipaksa untuk menerapkan teknologi ini. Dia ingin petani dengan kesadaran sendiri untuk menerapkan teknologi ini. “Kalau mereka tahu bahwa bertanam padi organik ini lebih hemat saprodi dan harganya lebih mahal maka mereka akan melakukannya dengan kesadaran,” tutur Bayu.
Puncak Panen dan Proses Pemasaran Puncak panen tanaman padi organik di Kabupaten Tasikmalaya umumnya terjadi pada bulan Maret, April dan Juli. Meski demikian menurut Ketua Gapoktan Simpatik Syaeful Bahri (50) pada bulan-bulan lain tetap ada panen dengan produktivitas rata-rata : 70,5 kuintal/ha Gabah Kering Panen (GKP). Pengelolaan usaha tani padi organik yang dilakukan Gapoktan SIMPATIK menghasilkan produksi yang lebih baik secara kuantitas dan kualitas dengan total produksi 1.798 ton setiap panen dari total lahan yang diusahakan. Selain produksi yang meningkat diperoleh juga perbaikan ekosistem sehingga diharapkan bisa menjamin keberlanjutan usaha tani.
Program Sertifikasi Lahan Padi Organik pun dilakukan. Melalui program ini diharapkan para petani dapat termotivasi untuk meningkatkan produktivitas menjadi lebih tinggi dengan kualitas standar ekspor sehingga mereka mendapatkan nilai tambah. Dibentuk juga Internal Control System (ICS) di Gapoktan SIMPATIK Kab. Tasikmalaya. Juga ada program pendampingan yang didukung oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Tasikmalaya. Langkah inilah yang bisa menjamin dan menjaga kualitas beras.
Alur produksi pemasaran padi organik dari Gapoktan Simpatik yakni: pertama pemanenan dilakukan petani dengan disaksikan oleh Petugas Internal Control system : (ICS). Kedua, hasil panen dikumpulkan dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP) atau Gabah Kering Giling (GKG) oleh pengurus kelompok tani di gudang kelompok tani yang terletak di pinggir jalan yang bisa dilalui kendaraan roda 4. Ketiga, kelompok tani menjual kepada Internal Control System (ICS) di lokasi gudang kelompok. Keempat, pengangkutan dari gudang Kelompok Tani ke tempat penampungan dilakukan oleh Internal Control system (ICS). Kelima, pengeringan oleh internal Control system (ICS) bagi yang menjual Gabah Kering Panen. Keenam, proses penggilingan, penyortiran, pengemasan dan pelabelan oleh Gapoktan SIMPATIK Kab. Tasikmalaya. Ketujuh, Stuffing / pengemasan ke dalam kontainer oleh Gapoktan SIMPATIK Kab. Tasikmalaya. Kedelapan, pengangkutan (handling transportation) dari gudang Gapoktan SIMPATIK Kab. Tasikmalaya oleh pihak MITRA. Kesembilan, proses selanjutnya pengiriman hingga ke importer(shipping)oleh pihak MITRA.//E.N